Jumat 20 Sep 2024 07:50 WIB

Ada Pengkhianat di Tubuh Hizbullah?

Hizbullah mengakui ada kelalaian sehingga terjadi sabotase ledakan pager.

Rep: Thr/ Red: Teguh Firmansyah
Setidaknya 9 orang tewas, dan sekitar 2.800 lainnya terluka, 200 di antaranya luka parah, setelah ratusan ‘pager’ atau penyeranta meledak di seluruh Lebanon, Selasa (17/9).
Foto: X
Setidaknya 9 orang tewas, dan sekitar 2.800 lainnya terluka, 200 di antaranya luka parah, setelah ratusan ‘pager’ atau penyeranta meledak di seluruh Lebanon, Selasa (17/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menyatakan gerakan Hizbullah telah meluncurkan penyelidikan internal terhadap ledakan ribuan perangkat komunikasi di Lebanon. Nasrallah mengakui bahwa kelompoknya menderita pukulan telak dalam serangan Israel, dan menambahkan bahwa Israel 'melewati semua garis merah'.

Selama dua hari, ledakan terkoordinasi menghantam ribuan pager dan walkie-talkie Hizbullah di seluruh Lebanon, menewaskan 37 orang, termasuk dua anak-anak, dan melukai sekitar 3.000 lainnya.

Baca Juga

“Tidak ada keraguan bahwa kita telah mengalami pukulan besar dalam bidang keamanan dan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perlawanan dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Lebanon,” kata Nasrallah dalam pidato televisi.

Sebuah sumber yang mengetahui penyelidikan tersebut mengatakan kepada Middle East Eye bahwa penyelidikan tersebut diluncurkan pada tingkat tertinggi dan kelompok itu mencurigai adanya pelanggaran keamanan yang dibantu oleh penyusup.

Ribuan pager dan walkie-talkie yang dipesan oleh Hizbullah telah dipasang sebelum memasuki Lebanon, dilengkapi dengan bahan peledak yang beratnya tidak lebih dari satu hingga dua ons serta sebuah saklar dapat dipicu dari jarak jauh.

Sumber tersebut mengatakan bahwa kelompok tersebut sedang memeriksa kegagalannya dalam mendeteksi bahan peledak tersebut, meskipun telah dilakukan pengujian standar oleh aparat keamanannya setelah menerima kiriman tersebut.

Dia menambahkan bahwa kegagalan ini mengungkapkan 'kelalaian' di pihak Hizbullah. Namun juga menunjukkan bahwa Mossad, agen mata-mata Israel, memiliki informasi internal tentang teknologi yang akan digunakan kelompok tersebut ketika memeriksa peralatannya.

“Mossad kemungkinan besar memiliki informasi intelijen yang memungkinkannya menghindari pemeriksaan keamanan Hizbullah, karena bahan peledak yang ditanam di perangkat tersebut tidak terdeteksi selama tes yang dilakukan kelompok tersebut,” kata sumber tersebut.

Meskipun Israel tidak membenarkan atau membantah mendalangi serangan tersebut, pejabat pertahanan dan intelijen yang berbicara kepada The New York Times tanpa menyebut nama mengatakan bahwa Israel berada di balik serangan tersebut.

Agen Mossad

Menurut sumber tersebut, Hizbullah secara internal telah mengakui adanya celah dalam jaringan tertutupnya. Mereka kini sedang menyelidiki sejauh mana pelanggaran keamanan ini.

“Ini berarti kehadiran agen tingkat tinggi yang dapat direkrut Mossad untuk menembus jaringan internal kelompok tersebut,” kata sumber tersebut.

“Hizbullah mencurigai tingkat infiltrasi di dalam jajarannya, termasuk di lingkaran tertutup kepemimpinannya, kemungkinan besar terjadi, jika tidak, serangan ini tidak akan terjadi,” kata sumber tersebut.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement