Jumat 20 Sep 2024 08:40 WIB

China: Ledakan Pager Massal Langgar Kedaulatan Lebanon

China khawatir meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah.

Petugas memeriksa sisa-sisa mobil yang terbakar akibat serangan Israel di kota pelabuhan selatan Sidon, Senin (26/8/2024). Israel dan Hizbullah kembali saling melancarkan serangan,Kali ini, Israel menyerang desa Tair Harfa di perbatasan Lebanon dan wilayah kota pesisir Sidon. Serangan Israel itu mengenai sebuah mobil. Namun, belum jelas tentang adanya korban jiwa dalam serangan tersebut.
Foto: AP Photo/Mohammed Zaatari
Petugas memeriksa sisa-sisa mobil yang terbakar akibat serangan Israel di kota pelabuhan selatan Sidon, Senin (26/8/2024). Israel dan Hizbullah kembali saling melancarkan serangan,Kali ini, Israel menyerang desa Tair Harfa di perbatasan Lebanon dan wilayah kota pesisir Sidon. Serangan Israel itu mengenai sebuah mobil. Namun, belum jelas tentang adanya korban jiwa dalam serangan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Luar Negeri China mengatakan ledakan ribuan perangkat komunikasi di Lebanon sebagai pelanggaran kedaulatan dan dapat meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah.

"Kami menentang tindakan apa pun yang melanggar kedaulatan dan keamanan Lebanon dan menyatakan kekhawatiran atas kemungkinan meningkatnya ketegangan di kawasan yang mungkin dipicu oleh insiden ini," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, China pada Kamis (19/9/2024).

Baca Juga

Ledakan massal perangkat komunikasi nirkabel yang dikenal sebagai penyeranta atau pager di sejumlah wilayah di Lebanon pada Selasa (17/9/2024).

Sebanyak 12 orang termasuk seorang anak meninggal dalam ledakan massal, dan hampir 2.800 orang lainnya terluka, termasuk 200 di antaranya dalam kondisi kritis. Kejadian itu disusul dengan ledakan perangkat komunikasi lain seperti protofon (walkie-talkie) pada Rabu (18/9/2024).

"Kami menyerukan kepada pihak-pihak terkait untuk sungguh-sungguh menjaga perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah," tambah Lin Jian.

Kementerian Kesehatan Lebanon menyatakan setidaknya 20 orang meninggal dan 450 lainnya luka-luka dalam gelombang kedua ledakan perangkat komunikasi itu. Media Lebanon menduga perangkat tersebut meledak setelah Israel meretas sistem komunikasi di negara tersebut.

Pemerintah Lebanon dan Hizbullah sama-sama menuduh serangan tersebut didalangi oleh Israel. Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah bahkan mengatakan jumlah penyeranta yang digunakan anggota Hizbullah ada 4.000, yang menyiratkan Israel secara sengaja berusaha membunuh 4.000 orang.

Sementara itu, media setempat melaporkan unit-unit protofon yang meledak tersebut dipasok ke Lebanon lima bulan yang lalu, hampir pada waktu yang bersamaan dengan datangnya unit-unit penyeranta yang meledak.

Keputusan Hizbullah menggunakan perangkat penyeranta adalah karena teknologi tersebut dinilai yang paling aman dari potensi peretasan dan penyadapan. Sumber keamanan Lebanon mengatakan badan intelijen Israel, Mossad, menanam bahan peledak di dalam pager yang digunakan oleh anggota Hizbullah beberapa bulan sebelum meledak.

Tidak ada komentar dari Israel terkait ledakan pager, tetapi Hizbullah bersumpah akan membalas Israel atas ledakan tersebut. Ledakan pager ini terjadi di tengah meningkatnya eskalasi di perbatasan antara Israel dan Hizbullah, yang telah terlibat dalam peperangan lintas batas sejak dimulainya perang mematikan oleh Tel Aviv di Jalur Gaza.

Serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 41.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, setelah serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement