REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muadz bin Jabal lahir di Madinah. Ia mempunyai keistimewaan sebagai seorang yang sangat pintar dan berdedikasi tinggi. Dari segi fisik, ia gagah dan perkasa. Allah juga mengaruniakan kepadanya kepandaian berbahasa serta tutur kata yang indah.
Muadz bin Jabal memeluk Islam sejak ia masih kecil. Ia menyatakan Islam melalui Mus'ab bin Umair, yang diutus oleh Rasulullah SAW ke Madinah untuk mengajar penduduk di sana.
Muadz termasuk di dalam rombongan yang berjumlah sekitar 72 orang Madinah yang datang bersumpah setia (bai'at) kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah mengucapkan sumpah setia, tak lama Muadz kembali ke Madinah sebagai seorang pendakwah Islam di dalam masyarakat Madinah. Ia berhasil mengislamkan beberapa orang sahabat yang terkemuka seperti misalnya Amru bin Al-Jamuh.
Pada waktu Nabi Saw berhijrah ke Madinah, Muadz senantiasa berada bersama dengan Rasulullah sehingga ia dapat memahami Alquran dan syariat-syariat Islam dengan baik. Hal tersebut membuatnya di kemudian hari muncul sebagai seorang yang paling ahli tentang Alquran dari kalangan para sahabat.
Muadz adalah orang yang paling baik membaca Alquran serta paling memahami syariat-syariat Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah memujinya dengan bersabda, "Yang kumaksud umatku yang paling alim tentang halal dan haram ialah Muadz bin Jabal." (HR Tarmizi dan Ibnu Majah). Selain itu, sang sahabat merupakan salah satu dari enam orang yang mengumpulkan Alquran pada zaman Rasulullah.
'Dipamiti' Nabi SAW
Setelah peristiwa pembebasan Kota Makkah (Fathu Makkah), maka masuk Islam-lah seluruh penduduk setempat. Seiring waktu, mereka memerlukan tenaga-tenaga pengajar yang tetap tinggal bersama penduduk untuk mengajarkan syariat agama Islam.
Rasulullah SAW lantas menyanggupi permintaan tersebut. Beliau meminta antara lain supaya Muadz bin Jabal tinggal bersama dengan penduduk Makkah. Ia ditugaskan untuk mengajar Alquran dan memberikan pemahaman kepada mereka mengenai agama Allah SWT.
Sifat terpuji juga jelas terlihat manakala rombongan raja-raja Yaman datang menjumpai Rasulullah SAW. Mereka sudah memeluk Islam.
Para pemuka Yaman itu meminta kepada Nabi SAW agar supaya mengantarkan kepada mereka dai atau pengajar. Maka, Rasulullah SAW memilih Muadz bin Jabal untuk memenuhi tugas itu bersama-sama dengan beberapa orang sahabat lainnya.
Muadz dipilih menjadi ketua rombongan para sahabat tersebut. Beberapa saat sebelum rombongan pergi, Rasulullah SAW keluar untuk mengucapkan selamat jalan kepada mereka.
Lantas, beliau mewasiatkan kepada sahabatnya itu: "Wahai Muadz! Kemungkinan kamu tidak akan dapat bertemu lagi dengan aku selepas tahun ini malah mungkin juga selepas ini kamu akan melalui masjid dan kuburku ...."
Sontak saja, Muadz menangis. Ia terlalu sedih membayangkan berpisah dengan Rasulullah SAW. Selepas peristiwa tersebut, ternyata benar. Nabi SAW wafat, sedangkan ia tidak lagi dapat menjumpai beliau.