REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Paramadina Prof Didik Junaidi Rachbini menganggap, visi ambisius Presiden Terpilih Prabowo Subianto mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen memerlukan strategi yang mumpuni. Langkah itu bertujuan menghindarkan Indonesia dari middle income trap guna menjadi negara maju.
"Kalau hanya di lima persen, bahkan ke bawah, nanti Indonesia tidak akan ke mana-mana, tetap menjadi negara middle income trap," ujar Didik dalam diskusi bertajuk 'Prospek Kebijakan Ekonomi Prabowo (Mustahil Tumbuh 8 Persen tanpa Industrialisasi)' di Jakarta, Ahad (22/9/2024).
Didik menyebut, terdapat sejumlah langkah prioritas yang harus dilakukan Prabowo untuk merealisasikan targetnya tersebut. Salah satunya, sambung dia, dengan menjaga stabilitas makro dengan menekan tingkat utang yang begitu tinggi saat ini.
"Kalau kita mencicil, menghabiskan 50 persen dari pendapatan kita. Kalau kita naikkan dua kali lipat perdapatan, maka cicilan yang 50 persen tinggal 20 persen. Jadi ketergantungan pada utang itu hilang," ucap Didik.
Ekonom senior Indef tersebut menyampaikan, Prabowo juga harus mampu menjaga stabilitas inflasi, memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan menurunkan tingkat suku bunga. Kemudian, lanjut Didik, Prabowo juga harus memperbaiki kebijakan perdagangan agar meningkatkan ekspor produk Indonesia ke pasar global.
"Soal tarif ekspor itu bisa dinegosiasikan serta pemerintah bisa memberikan juga insentif ekspor ke depan," ucap Didik.
Menurut dia, realisasi target tersebut mustahil tercapai tanpa mendorong industrialisasi yang kuat. Didik menilai, industrialisasi sebagai pilar utama akan menciptakan nilai tambah pada sektor-sektor ekonomi, meningkatkan produktivitas dan membuka lapangan kerja yang lebih luas.
"Industrialisasi ini pun sudah dilakukan Malaysia di kelapa sawit dan sekarang Malaysia sudah keluar dari middle income trap, sudah masuk ke jajaran ekonomi maju," ujarnya.
Didik menyampaikan, Indonesia perlu mencontoh keberhasilan industrialisasi Malaysia yang dimulai dengan peningkatan SDM hingga teknologi. Dengan perbaikan tersebut, Didik meyakini Indonesia mampu keluar dari middle income trap.
"Yang penting, kalau mau melakukan ini, jalannya banyak. Seperti ke Bandung, jalannya banyak. Tinggal pilih salah satunya, tapi kalau tidak tahu strategi ya tidak ajan kemana-mana," kata mantan wakil ketua umum DPP PAN tersebut.