REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Media-media Israel menyebarkan informasi mengenai kematian pimpinan Hamas Yahya Sinwar. Dengan mengutip laporan-laporan yang belum dikonfirmasi, sebuah serangan udara Israel dilaporkan membunuh Sinwar.
Klaim tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh lembaga penyiaran Israel, Kan, menyatakan bahwa pemimpin kelompok perjuangan Palestina tersebut terbunuh oleh serangan udara IDF di Gaza, meskipun rincian mengenai di mana dan kapan ia terbunuh masih sangat sedikit.
Meski demikian, kebenaran informasi tersebut diragukan oleh banyak pihak. Wartawan Israel Ben Caspit mengutip sumber-sumber yang mengatakan, “Di masa lalu, dia juga pernah menghilang dan kami mengira dia sudah mati, tapi kemudian dia muncul kembali, ujar dia dikutip Daily Mail.
Media-media Israel telah melaporkan bahwa komunitas intelijen terpecah mengenai apakah dia benar-benar sudah meninggal. Wartawan Israel Barak Ravid dengan cepat membantah klaim tersebut, dengan menulis di X bahwa 'Israel tidak memiliki informasi intelijen yang mengindikasikan Yahya Sinwar telah meninggal.
Dia mengutip seorang pejabat senior yang mengatakan, “Ini adalah harapan dan dugaan yang hanya didasarkan pada fakta bahwa Sinwar telah terputus dari kontak selama beberapa minggu."
Jerusalem Post juga melaporkan bahwa tidak ada sumber yang merujuk pada operasi pembunuhan spesifik yang dijalankan oleh IDF untuk membunuh pemimpin Hamas itu. JP juga melaporkan, sumber utama Israel menepis anggapan tersebut.
Surat kabar tersebut menulis bahwa IDF mengatakan, mereka tidak dapat mengkonfirmasi atau menyangkal laporan tersebut. Sementara itu, situs berita Walla mencatat bahwa badan intelijen Shin Bet menolak laporan tersebut dan meyakini bahwa Sinwar masih hidup.
Media lokal melaporkan klaim tersebut didasarkan pada gagasan bahwa Sinwar telah kehilangan kontak dengan perwakilan Hamas yang hadir dalam perundingan gencatan senjata lebih lama dari biasanya.
Ini bukan pertama kalinya Sinwar diyakini terbunuh selama perang Israel di Gaza. Pada Desember, Sinwar dilaporkan telah terbunuh, terluka, atau melarikan diri ke Sinai di Mesir.
Belakangan diketahui bahwa ia telah kehilangan kontak dengan bawahannya sebagai bagian dari taktik persembunyiannya. Pada pekan ini, sebuah surat yang ditulis atas nama Sinwar dikirim ke Houthi di Yaman, di mana ia memuji kelompok perlawanan itu karena menyerang Israel.
“Perlawanan berada dalam kondisi yang baik. Kami akan mematahkan tekad politik musuh dengan cara yang sama seperti kami mematahkan tekad militernya,” tulis Sinwar.
Dia dikatakan telah menambahkan: “Kami telah mempersiapkan diri untuk perang gesekan yang panjang yang akan mematahkan tekad politik musuh, seperti halnya serangan Bul al-Aqsa [serangan 7 Oktober] yang mematahkan tekad militernya.
Pernyataan ini muncul ketika AS mengakui bahwa tidak banyak kemajuan yang dicapai dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Juru bicara keamanan nasional John Kirby mengakui bahwa tim diplomatik belum membuat 'kemajuan apapun dalam sepekan hingga dua pekan terakhir. Sikap keras kepala Benjamin Netanyahu disebut-sebut menjadi penyebab buntunya pembicaraan gencatan senjata.