REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu bentuk akhlak yang baik adalah kelemahlembutan. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sungguh Allah itu Maha Lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan kepada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan kepada sikap yang keras. Dan (Allah) juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya.”
Kelemahlembutan tidak hanya diwujudkan dalam perkataan, melainkan juga perbuatan. Lawannya adalah sikap kasar. Seorang yang peramah akan mudah diterima orang lain. Sebaliknya, mereka yang pemarah cenderung dijauhi atau dihindari.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak memiliki kelemahlembutan, maka tidak dihampiri kebaikan” (HR Muslim). Maknanya, karakteristik ramah menjadi landasan dalam membangun keharmonisan, baik antarsesama Muslim maupun manusia pada umumnya. Dengan terbiasa lemah lembut, seseorang akan menarik interaksi yang baik dari orang-orang di sekitarnya.
Seperti disampaikan Nabi SAW dalam nasihatnya untuk Ummul Mu`minin ‘Aisyah, Allah Ta’ala menyukai kelemahlembutan. Dengan ridha Illahi, insya Allah hal-hal yang baik akan selalu datang dalam kehidupan.
Orang yang lemah lembut juga akan mendapatkan ganjaran surga, dengan izin Allah. Nabi SAW bersabda kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku kabari tentang orang yang diharamkan terhadap neraka atau orang yang neraka diharamkan atasnya?” Beliau kemudian melanjutkan, “Yaitu setiap orang yang bersikap dekat, serta berlaku mudah (bersikap lemah lembut).”
Hadis di atas menunjukkan adanya balasan surga bagi kaum Mukminin yang membiasakan diri dalam kelemahlembutan. Rasulullah SAW pun memberikan begitu banyak keteladanan dalam hal ini. Sebagai contoh, kala seorang badui buang air kecil pada dinding masjid. Dengan ramah—bukan amarah—beliau menasihati orang awam itu agar tidak lagi melakukan perbuatan demikian.
Kelemahlembutan juga menjadi bagian dari strategi komunikasi dakwah. Dalam menyebarkan syiar Islam, seorang dai seyogianya mengutamakan sikap lemah lembut. Dakwah itu merangkul, bukan memukul. Ajakan kepada kebaikan mesti dilakukan dengan cara-cara yang mengundang simpati, bukan antipati. Alhasil, sifat rahmatan lil ‘alamin agama ini dapat lebih tersampaikan.
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu” (QS Ali Imran: 159).