Rabu 25 Sep 2024 10:30 WIB

Rhenald Kasali Soroti Tren FOMO Kelas Menengah, Meski Bokek Tetap Beli, Paylater pun Jadi

Anggaran masa depan setidaknya memiliki alokasi 20 persen dari total penghasilan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Sejumlah kendaraan bergerak melambat saat pemberlakuan satu arah menuju Jakarta di Kawasan Megamendung, Bogor, Jawa Barat, Senin (16/9/2024). Kemacetan panjang/parah di Jalur Puncak terpantau sudah berakhir. Arus lalulintas dari arah Kawasan wisata puncak menuju Bogor/Jakarta pun kembali ramai lancar usai kepolisian memberlakukan rekayasa lalu lintas oneway atau satu arah.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah kendaraan bergerak melambat saat pemberlakuan satu arah menuju Jakarta di Kawasan Megamendung, Bogor, Jawa Barat, Senin (16/9/2024). Kemacetan panjang/parah di Jalur Puncak terpantau sudah berakhir. Arus lalulintas dari arah Kawasan wisata puncak menuju Bogor/Jakarta pun kembali ramai lancar usai kepolisian memberlakukan rekayasa lalu lintas oneway atau satu arah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Fenomena menyusutnya kelas menengah di Indonesia masih menjadi salah satu topik hangat yang dibahas. Menariknya, di tengah fenomena tersebut minat terhadap perjalanan wisata tetap tumbuh. Guru besar bidang manajemen di Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali menilai hal ini lantaran telah terjadi perubahan pengertian konsumsi di masyarakat.

"Kalau dulu konsumsi kita pergi ke alam karena ingin menikmati, kalau sekarang masyrakat kita juga ada sebagian kelompok yang sekarang di drive konsumsinya karena tidak ingin ketinggalan bahasa kerennya disebutnya FOMO (fear of missing out)," ujar Rhenald dalam keterangannya yang dikutip Rabu (25/9/2024).

Baca Juga

Bahkan, lanjut Rhenald, untuk melakukan perjalanan wisata cukup menggerus kantong kelas menengah. Karena, setiap orang bisa mengeluarkan dana mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu dalam satu kali perjalanan wisata.

"Sebagian besar mereka (kelas menengah) menggunakan sepeda motor dan mereka juga membuat konten. Jadi memang konsumsi didasari oleh rasa tidak ingin ketinggalan," tuturnya.