Rabu 25 Sep 2024 14:54 WIB

BKPM: Tren Investasi Hilirisasi Meningkat Lima Tahun Terakhir

Peningkatan investasi hilirisasi karena potensi besar di sektor tersebut.

Red: Friska Yolandha
Pekerja berjalan di lokasi proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (24/9/2024). Smelter fase 1 PT BAI yang memiliki kapasitas produksi alumina hingga sebesar 1 juta ton per tahun dan diperkirakan menelan investasi sebesar Rp16 triliun tersebut akan memproses bahan baku menjadi alumina yang kemudian akan dikirim ke PT Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara untuk diolah lebih lanjut.
Foto: ANTARA FOTO/Jessica Wuysang
Pekerja berjalan di lokasi proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (24/9/2024). Smelter fase 1 PT BAI yang memiliki kapasitas produksi alumina hingga sebesar 1 juta ton per tahun dan diperkirakan menelan investasi sebesar Rp16 triliun tersebut akan memproses bahan baku menjadi alumina yang kemudian akan dikirim ke PT Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara untuk diolah lebih lanjut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) mengatakan realisasi investasi sektor pengolahan menjadi produk bernilai tambah tinggi (hilirisasi), mengalami tren peningkatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yakni pada 2019-2023.

Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Riyatno mengatakan, pada tahun 2019 pihaknya mencatat realisasi investasi di sektor hilirisasi industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatan hanya sebesar Rp 61,6 triliun, namun pada 2020 meningkat menjadi Rp 94,8 triliun.

Baca Juga

"Ini menunjukkan bahwa investasi di sektor realisasi ini terus meningkat," kata dia, Rabu (25/9/2024).

Selanjutnya pada tahun 2021, realisasi investasi di sektor hilirisasi tercatat sebesar Rp 117,5 triliun, meningkat kembali pada tahun 2022 menjadi Rp 171,2 triliun, serta pada tahun lalu melonjak menjadi Rp 200,3 triliun.