REPUBLIKA.CO.ID, MONTREAL -- Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menghadapi mosi tidak percaya yang diajukan pihak oposisi dan segera dibahas dalam sesi Dewan Rakyat Kanada pada Selasa (24/9/2024) waktu setempat. Pemimpin Oposisi dan Ketua Partai Konservatif Kanada Pierre Poilievre sejak pekan lalu mengatakan, mosi tersebut akan diajukan pada Selasa dan pemungutan suaranya dilakukan pada Rabu (25/9/2024).
Poilievre sudah menyatakan pada 11 September bahwa partainya akan mengajukan mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Trudeau supaya pemilihan umum dapat segera dimajukan ke tahun ini. Pemilihan federal Kanada seyogianya berlangsung paling lambat pada 20 Oktober 2025, namun dapat dimajukan lebih awal apabila ada kesepakatan.
Pembahasan mosi yang menjadi upaya paling pertama menggugurkan pemerintahan Trudeau tersebut akan dilakukan di masa tanya-jawab harian yang diikuti semua anggota parlemen, antara lain dari Partai Liberal, Partai Konservatif, Partai Demokrat Baru, dan Partai Bloc Québécois. Trudeau diperkirakan akan melewati ujian pertama yang dihadapi pemerintahnya setelah diakhiri "perjanjian kepercayaan dan pasokan" yang mengikat Partai Demokrat Baru dengan Partai Liberal, yang memastikan kelangsungan pemerintahan minoritas mereka sejak Maret 2022.
Namun, mosi tidak percaya tersebut diperkirakan tak akan disetujui dan Trudeau tetap dapat bertugas sebagai PM, meski pemerintahannya hanya memiliki kekuatan minoritas di parlemen seusai mengakhiri persetujuan dukungan memerintah dengan Partai Demokrat Baru pada Maret 2022. Pasalnya, Bloc Quebecois, partai pro-kemerdekaan Provinsi Quebec, menyatakan tak akan mendukung mosi tidak percaya walau didesak Pemimpin Quebec Francois Legault yang hendak mengkritisi kelambanan pemerintah pusat menangani isu imigrasi yang melibatkan provinsi itu.
Selain itu, pemimpin Partai Demokrat Baru Jagmeet Singh juga menyatakan bahwa partainya tak akan mendukung mosi tidak percaya. Ia berkata, Partai Demokrat Baru tak akan mengikuti "permainan Poilievre".