Rabu 25 Sep 2024 17:49 WIB

Thomas Djiwandono Sebut Prabowo Optimistis Ekonomi Tumbuh 8 Persen 

Program jangka panjang Prabowo dalam upaya menumbuhkan perekonomian Indonesia.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono mengatakan Presiden terpilih Prabowo Subianto memiliki optimisme yang tinggi mengenai pertumbuhan ekonomi dalam kepemimpinannya ke depan. (ilustrasi)
Foto: pixabay
Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono mengatakan Presiden terpilih Prabowo Subianto memiliki optimisme yang tinggi mengenai pertumbuhan ekonomi dalam kepemimpinannya ke depan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono mengatakan Presiden terpilih Prabowo Subianto memiliki optimisme yang tinggi mengenai pertumbuhan ekonomi dalam kepemimpinannya ke depan. Tak tanggung-tanggung angka optimismenya mencapai 8 persen, selisih sekitar 3 persen dari angka pertumbuhan ekonomi saat ini di angka 5 persenan. 

“Jelas iya (berbincang dengan Prabowo mengenai pertumbuhan ekonomi), hampir semua penjelasan beliau soal ekonomi saat ini justru mengamini kita punya potensi ke 8 persen,” kata Thomas dalam agenda Media Gathering APBN 2025 yang digelar di Serang, Banten, Rabu (25/9/2025).

Baca Juga

Thomas mengatakan, optimisme tersebut jelas tertanam dalam pemikiran Prabowo yang juga pamannya tersebut. Kendati demikian, optimisme itu juga dibarengi dengan sikap hati-hati dan waspada terhadap perkembangan ketidakpastian ekonomi global. 

“Dengan terjadinya keadaan fragmentasi global, kita harus sangat waspada. APBN 2025 menunjukkan itu,” tuturnya. 

Lebih lanjut, Thomas mengungkapkan upaya itu tercermin dalam program-program jangka panjang Prabowo dalam upaya menumbuhkan perekonomian Indonesia. Di antaranya program nutrisi untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM), sebagai investasi jangak panjang. 

“Kalau kita nggak optimistis nggak mungkin kita mau berinvestasi ke hal-hal yang sifatnya jangka panjang. Jadi, Pak Prabowo optimistis tapi kondisi dunia tidak baik-baik saja, dijaga dalam posisi defisit fiskal tertentu. Kalau over optimistic bisa membahayakan resilien,” tegasnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement