Rabu 25 Sep 2024 21:59 WIB

Penulis Turki Ini Peringatkan Setelah Gaza dan Lebanon, Negara Mana Lagi Dibidik Israel?

Israel berambisi untuk mewujudkan Israel Raya

Netanyahu Deklarasikan peta terbaru Israel
Foto: tangkapan layar
Netanyahu Deklarasikan peta terbaru Israel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Setelah Gaza, kini giliran Lebanon. Saat saya menulis ini, serangan udara Israel telah menewaskan ratusan orang dalam satu hari dan melukai ratusan lainnya. Saya rasa ini baru permulaan.

Seperti halnya di Gaza, media setiap hari akan menunjukkan jumlah korban meninggal di Lebanon melalui grafik, negara-negara lain akan mengutuk serangan-serangan ini dengan sepintas lalu, PBB akan menunjukkan betapa tidak berdayanya mereka karena Amerika Serikat dan Inggris, dan Israel akan menghancurkan negara lain.

Baca Juga

Tidak ada lagi yang bisa kita katakan kepada negara-negara di dunia yang menyaksikan semua ini dengan acuh tak acuh. Tetapi kita harus mengajukan pertanyaan yang menakutkan kepada negara-negara di Timur Tengah: Negara manakah yang akan menjadi korban berikutnya?

Skenario yang sama mengarah pada pembantaian yang sama. Tidak mungkin lagi untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi secara rasional, melalui informasi, hukum, atau aturan-aturan internasional.

Semua garis merah telah dilewati, semua aturan telah dilanggar, dan semua nilai kemanusiaan telah dihancurkan. Israel telah menjungkirbalikkan seluruh sistem di dunia.

Mereka yang berpikir bahwa Israel akan berhenti setelah menduduki Gaza dan melakukan pembantaian terhadap warga Palestina belum menyadari betapa salahnya mereka.

Mesin pembunuh yang didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris ini tidak berhenti sampai di Gaza, dan kini telah berpindah ke Lebanon.

Seperti halnya di Gaza, evakuasi diumumkan di Lebanon “utara”, orang-orang turun ke jalan dan meninggalkan rumah mereka, sementara bom-bom penghancur yang dipasok oleh Amerika Serikat menghujani wilayah Lebanon seperti hujan maut dari pesawat terbang.

Dalam satu hari, ratusan orang, sebagian besar warga sipil, terbunuh lagi. Saya percaya bahwa angka-angka akan kembali menjadi statistik, dan jumlah korban tewas dan luka-luka akan menjadi data belaka.

Kisah-kisah tentang nyawa manusia yang hilang tidak akan dikenali, begitu juga dengan kisah anak-anak dan harapan mereka yang terluka. Saat saya menulis ini, 50 orang terbunuh di Gaza dalam satu hari, tetapi karena jumlahnya sedikit, bahkan tidak ada cerita tentang hal itu!

BACA JUGA: Israel Larang Adzan Berkumandang di Masjid Ibrahimi Sudah Lebih dari 8 Hari

Israel dan Amerika Serikat akan menerapkan skenario Gaza ke Lebanon, dan Lebanon akan mengalami nasib yang sama. Semua skenario ini akan berakhir dengan pembantaian.

Diam adalah kesalahan fatal. Butuh waktu lama bagi mereka yang tetap diam dalam menghadapi genosida Gaza untuk menyadari betapa fatal kesalahan mereka.

Mereka yang tidak bersuara karena Hamas dicap sebagai “ekstremis”, dekat dengan Ikhwanul Muslimin, atau masuk dalam daftar “terorisme” Amerika Serikat, kini mulai membisu di Lebanon.

Saya rasa..

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement