Kamis 26 Sep 2024 11:19 WIB

Salah Satu Cara Nabi Ibrahim Raih Gelar Khalilullah: Traktir Tamu Makan

Nabi Ibrahim sering berjalan jauh mencari orang yang bisa diajak makan di rumahnya.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Kisah Nabi Ibrahim AS (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Kisah Nabi Ibrahim AS (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Ibrahim Alahissalam mendapat gelar sebagai Khalilullah yang artinya kekasih Allah SWT. Nabi Ibrahim juga disebut sebagai bapak para Nabi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Baca Juga

وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا

Siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang memasrahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia muhsin (orang yang berbuat kebaikan) dan mengikuti agama Ibrahim yang hanif? Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih(-Nya). (QS An-Nisa Ayat 125)

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam bukunya Nashaihul Ibad menjelaskan sebuah riwayat yang meriwayatkan cara Nabi Ibrahim Alaihissalam menggapai cinta Allah SWT. Serta riwayat yang menerangkan orang yang dapat pertolongan Allah SWT pada hari kiamat.

Dalam sebuah riwayat, Nabi Ibrahim pernah ditanya seperti ini. Seseorang bertanya kepada Nabi Ibrahim, "Apakah yang menyebabkan kamu dijadikan kekasih Allah?"

Nabi Ibrahim menjawab, "Yang menyebabkan demikian ada tiga perkara, yaitu saya lebih mengutamakan kepentingan Allah daripada yang lainnya. Saya tidak pernah khawatir terhadap yang telah ditentukan Allah. Saya tidak pernah makan malam atau siang kecuali bersama tamu."

Diterangkan juga bahwa Nabi Ibrahim Alaihissalam sering mengadakan perjalanan sejauh 1,5 kilometer sampai tiga kilometer. Tujuannya hanya untuk mencari orang yang bisa diajak makan bersama di rumahnya.

Dalam kitab Nashaihul Ibad karya Syekh Nawawi al-Banteni juga dijelaskan orang-orang yang mendapat pertolongan Allah SWT pada hari kiamat.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tiga golongan berada dalam naungan Allah di bawah Arsy-Nya pada hari tidak ada lagi naungan, kecuali naungan-Nya, yaitu orang yang tetap berwudhu meskipun dalam keadaan dingin, orang yang tetap pergi ke masjid meskipun dalam keadaan gelap, dan orang yang memberi makan kepada orang yang lapar."

Untuk diketahui, yang dimaksud dengan hari tidak ada lagi naungan kecuali naungan Allah SAW adalah hari kiamat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement