Kamis 26 Sep 2024 19:33 WIB

Pensiunan Jenderal Ini Ungkap Kondisi Sebenarnya Israel yang Ditutup-tutupi

Israel terus melakukan serangan intensif ke wilayah Lebanon

Mobil-mobil terjebak kemacetan ketika orang-orang meninggalkan desa-desa selatan di tengah serangan udara Israel yang sedang berlangsung, di Sidon, Lebanon, Senin, 23 September 2024.
Foto: AP Photo/Mohammed Zaatari
Mobil-mobil terjebak kemacetan ketika orang-orang meninggalkan desa-desa selatan di tengah serangan udara Israel yang sedang berlangsung, di Sidon, Lebanon, Senin, 23 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM-Pensiunan Jenderal Israel Yitzhak Berek mengatakan bahwa tingkat politik dan militer membawa Israel “ke jalan yang tidak ada jalan keluarnya”.

Terlepas dari pencapaian taktis melawan Hizbullah di Lebanon, situasi strategis Israel memburuk dalam hal keamanan dan ekonomi, serta hubungannya dengan negara-negara di seluruh dunia, katanya.

Baca Juga

"Meskipun senjata dan kepemimpinannya ditargetkan, roket-roket Hizbullah terus menghancurkan setiap bagian Israel utara," katanya dikutip dari Aljazera, Kamis (26/9/2024). 

Dia menekankan bahwa satu-satunya cara bagi Israel adalah mencapai kesepakatan pertukaran dan menghentikan perang di Jalur Gaza, dengan harapan Hizbullah akan menghentikan penembakan.

Patut dicatat bahwa sejak Senin pagi, tentara Israel melancarkan serangan paling sengit dan terbesar ke Lebanon sejak dimulainya konfrontasi dengan Hizbullah sekitar setahun yang lalu, dan pengeboman telah menewaskan lebih dari 600 orang, termasuk anak-anak dan perempuan, dan melukai lebih dari 2.500 orang, sementara perkiraan resmi menunjukkan bahwa hampir 400 ribu orang telah mengungsi.

Sebagai balasannya, Hizbullah meluncurkan roket-roket yang menargetkan pangkalan militer dan bandara Israel serta daerah-daerah di Galilea, Safed, Haifa, dan daerah-daerah lainnya, menyebabkan kerugian material dan manusia serta kebakaran.

Selama 11 bulan berturut-turut, tentara penjajah Israel melanjutkan agresinya di Jalur Gaza, menyebabkan 41.495 orang gugur, 96 ribu orang terluka dan 6.000 orang terluka, di samping krisis kesehatan dan kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sebelumnya, kelompok Hizbullah di Lebanon pada Rabu (25/9/2024) mengumumkan telah menembakkan rudal ke Tel Aviv untuk pertama kalinya dan menyasar markas badan intelijen Israel, Mossad, di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua pihak.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok itu mengatakan mereka menembakkan rudal balistik "Qader-1" ke fasilitas Mossad, yang mereka tuduh bertanggung jawab atas gelombang pembunuhan komandan Hizbullah baru-baru ini dan ribuan ledakan perangkat komunikasi yang digunakan anggotanya, yang menewaskan puluhan orang.

Media Israel, termasuk situs berita Times of Israel, mengutip pernyataan militer yang mengeklaim bahwa rudal Hizbullah berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel, David's Sling, sebuah sistem pencegat rudal jarak menengah hingga jauh, saat rudal itu mendekati sasaran di pinggiran Tel Aviv.

Sirine berbunyi di Tel Aviv dan kota-kota lain di Israel tengah setelah penembakan tersebut.

BACA JUGA: Berdoa Agar Allah SWT Membalas Orang yang Menzalimi Kita Boleh, Asalkan…

Sementara itu, militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah menyerang lokasi peluncur rudal Hizbullah di Lebanon selatan, dengan klaim bahwa lokasi tersebut digunakan untuk menembakkan rudal ke Tel Aviv.

Militer Israel telah melakukan gelombang serangan udara di Lebanon sejak Senin (23/9) dini hari dengan menyasar lokasi-lokasi Hizbullah di tengah meningkatnya pertempuran antara kedua belah pihak.

Serangan udara itu telah menewaskan hampir 560 orang, termasuk 95 wanita dan 50 anak-anak, serta melukai 1.835 lainnya, menurut Menteri Kesehatan Lebanon, Firas Abiad.

Asap serangan udara...

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement