REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembebasan Makkah atau Fath Makkah terjadi pada bulan suci Ramadhan, tepatnya hari Jumat di tahun kedelapan Hijriyah. Ketika itu, Nabi Muhammad SAW memimpin kaum Muslimin dari Madinah dan sekitarnya.
Kemudian, Rasulullah SAW berhasil memasuki Kota Makkah tanpa adanya perlawanan dari kaum Quraisy. Orang-orang kafir itu telah tak berdaya--keadaan yang sungguh berbeda bila dibandingkan dengan dahulu ketika mereka menindas Nabi SAW dan kaum Muslimin.
BACA JUGA: Doa Rasulullah SAW di Thaif yang Picu Kesedihan Malaikat
Dalam posisi unggul dan berkuasa, apakah Rasulullah SAW memaklumkan balas dendam? Pada faktanya, Fath Makkah tidak berarti pembantaian atas seluruh jiwa orang-orang musyrik.
"Barangsiapa masuk ke rumah Abu Sufyan, ia aman. Barangsiapa menutup pintunya, ia aman. Dan barang siapa memasuki Masjidil Haram, ia aman," kata Nabi SAW menyerukan kepada seluruh penduduk Makkah.
Dari tiga penjuru, kaum Muslimin berhasil menguasai Makkah tanpa kecuali. Memang, sempat ada upaya perlawanan dari Ikrimah bin Abu Jahal yang berhasil menggalang sekutu di sebuah daerah bernama Khandamah. Namun, kekuatan mereka tak bisa menandingi keperkasaan Khalid bin Walid.
Sosok yang berjulukan Pedang Allah (Saifullah) itu memimpin pasukan penyisir di sekitar Khandamah. Dalam waktu relatif singkat, ia dapat meredam aliansi Ikrimah. Bahkan, pada akhirnya putra Abu Jahal itu dengan penuh kesadaran menghadap Rasulullah SAW dan menyatakan diri masuk Islam.
Ada amanah lain yang juga dilaksanakan Khalid. Rasulullah SAW menugaskannya untuk merobohkan suatu pusat kemusyrikan di daerah Nakhlah. Di sana, terdapat kuil tempat orang-orang menyembah berhala 'Uzza.
Sang Saifullah pun dengan lekas mendatangi Nakhlah. Sesampainya di sana, ia mendapati sebuah kuil besar yang di dalamnya terdapat tiga pohon besar.
Pada tiap batang pohon itu, orang-orang meletakkan persembahan untuk berhala 'Uzza. Tanpa ragu, Khalid menghunuskan kapaknya dan merobohkan bangunan kuil itu. Seluruh berhala yang ada di sana juga dihancurkannya.
Kemudian, ia kembali untuk melaporkan misinya kepada Rasulullah SAW. Namun, beliau berkata, "Berangkatlah lagi ke sana. Sebab, engkau belum berbuat apa-apa."
Maka Khalid pun menuju ke Nakhlah lagi. Kali ini, ia diadang para juru kunci kuil tersebut. Namun, alih-alih melawan sang Saifullah, mereka hanya menatap ke arah bukit sambil berteriak, "Wahai 'Uzza!"
Khalid tidak memedulikan mereka. Dengan segera, ia menebang ketiga pohon besar hingga ke akarnya. Saat hampir selesai memberangus pohon ketiga, tiba-tiba ia didatangi sesosok wanita telanjang, berambut panjang, dan berwajah menyeramkan.
Perempuan liar itu lantas menuangkan debu ke atas kepalanya dan merapalkan mantra dengan kedua telapak tangannya. Sementara, para juru kunci mengelu-elukannya dengan berteriak, "Wahai 'Uzza! Wahai 'Uzza!"
Khalid langsung menyabetkan pedang ke arah leher perempuan itu dan berhasil membunuhnya. Para juru kunci seketika lari terbirit-birit.
Setelah itu, Khalid kembali menghadap Rasulullah SAW. "Itu (sosok perempuan) adalah jin 'Uzza. Ia tidak akan lagi disembah untuk selama-lamanya," sabda beliau.