REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data dari Program Lingkungan PBB (UN Environment), dunia menghasilkan sekitar 300 juta ton limbah plastik setiap tahunnya. Angka itu hampir setara dengan total berat populasi manusia. Sekitar delapan juta ton limbah plastik tersebut masuk ke lautan setiap tahunnya.
Secara global, termasuk di Asia Tenggara, perusahaan di sektor industri makanan dan minuman mulai mengambil langkah nyata dengan berkomitmen untuk mengganti 50 persen kemasan plastik yang ada dengan plastik daur ulang dalam dekade mendatang. Pergeseran menuju keberlanjutan lingkungan mengubah cara produk diproduksi, dibeli, dan dikonsumsi, sehingga memicu pertumbuhan produk berbasis keberlanjutan.
Ecolab menyadari pentingnya mengatasi kebutuhan dan tantangan yang berkembang dalam industri RPET (daur ulang). Ecolab Divisi Food and Beverage pun memperkenalkan solusi pembersihan dan sanitasi untuk membantu produsen RPET mengoptimalkan program pencucian mereka. Hal itu juga memberikan hasil kebersihan berkualitas tinggi sambil menghemat penggunaan air dan energi.
Dalam diskusi panel industri di Indo Waste & Recycling 2024 Expo di Jakarta beberapa waktu lalu, Direktur Pemasaran Ecolab di Asia Tenggara, Terence Tan menjelaskan, pendekatan perusahaannya sekaligus membantu produsen RPET mulai dari proses hulu hingga hilir. Pendekatan tersebut membuka peluang kolaborasi, memungkinkan solusi inovatif yang disesuaikan untuk mengatasi tantangan unik yang dihadapi produsen RPET.
Ecolab pun bekerja sama dengan Amandina Bumi Nusantara, salah satu produsen RPET terbesar di Indonesia yang memproduksi 36 ribu ton per tahun. Managing Director of Amandina Bumi Nusantara, Suharji Gasali, merasa senang bisa bermitra bersama Ecolab. "Kami telah secara signifikan meningkatkan kualitas produk dan efisiensi operasional dalam proses kami," ujar Suharji dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (28/9/2024).
President Director Ecolab Indonesia, Evan Jayawiyanto menjelaskan, langkah efisiensi selalu ditempuh perusahaan. "Kami memiliki tim yang andal dan didukung dengan teknologi rekayasa yang mumpuni untuk mengoptimalkan dan mengurangi biaya operasional, serta mendorong pendekatan yang lebih berkelanjutan bagi para produsen RPET," kata Evan.