Sabtu 28 Sep 2024 14:17 WIB

Sambangi Petani di Kaki Rinjani, Pupuk Indonesia Tegaskan Komitmen Keberlanjutan Pangan

Indonesia pernah tercatat sebagai negara eksportir beras di masa lampau.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi dalam acara saat Rembuk Tani di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (28/9/2024).
Foto: Muhammad Nursyamsi
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi dalam acara saat Rembuk Tani di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (28/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) atau PI Rahmad Pribadi menyampaikan Indonesia beruntung memiliki sosok pemimpin yang menaruh perhatian penuh terhadap sektor pangan. Hal ini disampaikan Rahmad dalam Rembuk Tani dengan para petani di bawah kaki Gunung Rinjani, tepatnya di di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (28/9/2024).

"Ketahanan pangan super-penting. Alhamdulillah kita selalu memiliki presiden-presiden yang sangat fokus pada pertanian. Pak Jokowi mengatakan pangan itu urusan masa depan, urusan tentang Indonesia bisa terus ada," ujar Rahmad.

Baca Juga

Rahmad menyampaikan komitmen serupa pun ditegaskan presiden berikutnya, Prabowo Subianto yang menargetkan swasembada pangan harus bisa terjadi. Rahmad menilai target Prabowo bukan sekadar angan-angan mengingat Indonesia pernah mengalami swasembada pangan pada era 1980-an.

Tak sekadar mampu memenuhi kebutuhan domestik, Rahmad menyebut Indonesia di masa itu bahkan mampu membantu krisis kelaparan hingga 100 ribu ton beras ke sejumlah negara di Afrika. Rahmad menyebut Indonesia pernah tercatat sebagai negara eksportir beras di masa lampau.

"Kita pernah swasembada pada 80-an, memang waktu itu penduduknya masih 170-180 juta penduduk, sekarang sudah sekitar 270 juta penduduk sehingga swasembada pangan saat ini menjadi lebih rumit daripada sebelumnya," ucap Rahmad.

Rahmad memastikan pemerintah era Jokowi punya keseriusan besar dalam menekan tingginya importasi beras. Hal ini pun akan terus dilakukan pemerintahan Prabowo ke depan.

"Kita sekarang impor beras cukup besar sekitar tiga juta ton, padahal dulu kita pernah ekspor. Jadi ini jadi perhatian kita semua. Kita tahu Pak Jokowi dan Pak Prabowo adalah dua presiden yang fokus di pertanian," lanjut Rahmad.

Rahmad menyebut Prabowo pun bertekad melanjutkan kebijakan-kebijakan yang sudah dilakukan Jokowi. Menurut Rahmad, hal ini merupakan kabar baik bagi sektor pangan Indonesia, termasuk di NTB.

"Selama satu dekade, Pak Jokowi sudah membangun 61 bendungan di NTB dan menjadikan NTB sebagai provinsi dengan bendungan terbanyak di Indonesia," sambung Rahmad.

Rahmad menyampaikan Jokowi juga meningkat jumlah pupuk bersubsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,55 juta ton. Rahmad menilai kebijakan tersebut bentuk komitmen Jokowi dalam memenuhi kebutuhan para petani.

"Banyak sekali perubahan-perubahan yang dilakukan di era tahun terakhir oleh Pak Jokowi. Di tahun berikutnya atau pemerintah Pak Prabowo juga banyak yang akan dilakuka, salah satunya membuka lahan baru. Ini bukti dari keberlanjutan kebijakan antara Pak Jokowi dengan Pak Prabowo," kata Rahmad.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement