Sabtu 28 Sep 2024 22:32 WIB

Sejam Bersama Hassan Nasrallah

Nasrallah sejak lama memerjuangkan kemerdekaan Palestina.

Sayyed Hassan Nasrallah.
Foto: Bilal Hussein/AP
Sayyed Hassan Nasrallah.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Delegasi dari DPR RI dipimpin ketuanya Agung Laksono pernah menyambangi Lebanon pada 2009 dan menemui Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah yang syahid dihantam roket Israel Jumat lalu. Berikut kisahnya yang dimuat di Harian Republika edisi 17 Januari 2009.

Telepon di kamar Ketua DPR RI, Agung Laksono, berdering. Saat itu adalah hari Kamis, 8 Januari 2009 pukul 23.30 waktu Beirut, Lebanon. Sejatinya, Agung yang menempati kamar 244/245 Hotel JW Marriott, Beirut, akan beranjak tidur. Kantuk membalut matanya setelah acara seharian penuh. Dengan tenaga sisa yang ada, Agung mengangkat telepon. Di ujung sana, anggota DPR, Abdillah Toha, berbicara. ‘’Pak Toha mengajak silaturahim dengan seorang yang penting. Saya bertanya siapa? Pak Toha menjawab, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah,’‘ katanya.

Baca Juga

Rasa kantuk pun pudar. Agung langsung terbayang wajah Hassan Nasrallah, orang nomor wahid yang diincar Amerika Serikat (AS) dan Israel. Keraguan sempat merasuk meski akhirnya dia memutuskan menerima ajakan bertemu Nasrallah. Menjelang tengah malam itu, Agung ditemani Toha dan Ketua Parlemen Suriah, Mahmoud Al-Abrache, meninggalkan hotel dengan mobil penjemput yang telah menunggu. Perjalanan menuju tempat persembunyian Nasrallah pun dimulai. Tiga kali mereka harus berganti mobil sebelum akhirnya sampai di tempat Nasrallah.

Di dalam mobil, mereka tak tahu arah dan wilayah yang sedang dituju. Hingga akhirnya, mobil terakhir yang membawa mereka berhenti di parkir bawah tanah sebuah gedung. Bergegas, mereka menuju atas, ruangan di mana Nasrallah berada. Di sebuah ruangan berukuran 4x6 meter, Nasrallah menunggu. Pemimpin tertinggi gerakan Hizbullah yang membuat serdadu Israel kalang kabut saat peperangan medio 2006 lalu itu ditemani Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani.

"Nasrallah menyambut kami dengan baik. Ia sangat sopan dan tutur katanya santun. Kami langsung ditawari minuman dan makanan yang tersedia. Sebelumnya, saya membayangkan, Nasrallah bermuka sangar. Tapi, ternyata tidak. Dia lembut," ujar Agung menggambarkan pertemuannya itu. Dalam suasana hangat dan bersahabat, Nasrallah pun bertukar kisah. Masalah utama di Jalur Gaza adalah persoalan kemanusiaan.

Dari arah manapun, Gaza telah tertutup, termasuk dari Rafah, perbatasan dengan Mesir. Kondisi itu menghambat masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Tak hanya itu, Hamas juga terkendala untuk melakukan perlawanan total. "Sangat berbeda ketika Hizbullah berhasil memukul mundur Israel pada 2006." Ketika itu, pejuang Hizbullah mampu berkonsentrasi penuh. Apalagi, keluarga mereka dan warga sipil telah meninggalkan medan pertempuran ke Suriah. Kekhawatiran korban dari warga sipil dapat dikesampingkan.

Hingga akhirnya, Hizbullah mengakhiri gempuran Israel dalam 32 hari pertempuran. Kendati, peperangan itu harus dibayar mahal dengan tewasnya 3.000 warga Lebanon. Apa yang dialami Hizbullah jauh berbeda dengan kondisi Hamas menghadapi Israel saat ini. Warga sipil dan keluarga mereka masih tertahan di Gaza. Blokade Israel menyebabkan mereka tidak dapat meninggalkan Gaza, tak terkecuali pintu perbatasan di Rafah. Konsentrasi Hamas pun terbelah dua: melawan gempuran serdadu Israel dan memikirkan keselamatan keluarga serta warga sipil agar tidak menjadi korban.

Kesulitan Hamas itu, ungkap Nasrallah, tak terlepas dari peran Mesir. Mesir mesti ikut bertanggung jawab. Nasrallah bahkan menuding Mesir berkomplot dengan penjajah Israel untuk tetap menutup perbatasan Rafah. Nasrallah, yang mengenal pejuang-pejuang Hamas di semua tingkatan dan mengetahui lengkap informasi di lapangan, meyakini Hamas akan terus melawan. ‘’Hamas mampu mengatasi masalah yang ada,’’ katanya.

photo
Orang-orang dengan menggunakan kendaraan terjebak kemacetan ketika hendak melarikan diri dari dari serangan usara Israel di jalan raya penghubung kota Beirut, di selatan kota pelabuhan Sidon, Lebanon, Selasa (24/9/2024). - (AP Photo/Mohammed Zaatari)

Militer Israel yang dikenal tangguh, bukannya tanpa cacat. Nasrallah menyebut, serdadu negara zionis itu tak bakalan mampu jika peperangan berlangsung lama. Apalagi, bila korban telah berjatuhan, moral serdadu Israel langsung turun. ‘’Hamas harus terus berjuang dengan penuh kesabaran. Saya yakin, Hamas pada akhirnya akan meraih kemenangan. Kami akan terus mendukung perjuangan Hamas untuk mencapai kemerdekaan Palestina,’’ kata Nasrallah.

Dalam pandangannya, penyelesaian Gaza kecil kemungkinan melalui jalur diplomasi walaupun jalan politis itu terus digalang berbagai kalangan. Alasannya, Israel hanya punya satu bahasa: kekerasan. Nasrallah lantas mengungkapkan, selama gencatan senjata antara Hamas dan Israel dari 19 Juni 2008 sampai 19 Desember lalu, suasana di Gaza memang tenang. Tapi, apa yang dilakukan Israel dalam masa itu? Pejuang Hamas di wilayah Tepi Barat justru ditumpas. Pejuang Hamas yang di Gaza, tentu tak bisa membantu saudara mereka di Tepi Barat yang diserang.

Perjanjian gencatan senjata selama enam bulan itu membelenggu Hamas. Dalam hal ini, Hamas malah mematuhi perjanjian. ‘’Israel yang justru melanggar gencatan senjata.’’ Kesempatan itu juga dijadikan ajang keluhan Nasrallah atas perpecahan negara-negara Arab. Tidak ada kesatuan sikap mengakhiri agresi Israel ke Gaza. Faksi-faksi perlawanan di Palestina juga belum mampu menyatukan kekuatan mewujudkan cita-cita Palestina merdeka. Bukan tak mungkin, jika perpecahan itu tidak bisa diredam, Palestina merdeka hanya angan-angan.

photo
Bagaimana AS TErlibat Genosida di Gaza? - (Republika)

Bagaimana kebijakan AS di bawah Presiden Barack Obama? Nasrallah tak yakin bakal ada perubahan signifikan di Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Palestina. Pesimismenya karena yang berganti hanya individu, dari George W Bush ke Obama, bukan perubahan struktur. Dengan kata lain, AS bakal terus mendukung Israel. Kalaupun akhirnya Obama berbicara dengan Hamas, konteksnya tidak dalam kedudukan sejajar. "Dia (Obama) akan berbicara singkat. Isinya agar Hamas menerima Israel." Ini sama artinya dengan, siapapun presiden AS, kebijakan negara itu tak akan berubah.

Pembelaan dan perlindungan terhadap sekutu terdekatnya itu tetap diberikan. Dukungan rakyat Indonesia atas perjuangan rakyat Palestina menuju kemerdekaan diapresiasi Nasrallah. "Saya berterima kasih atas dukungan rakyat Indonesia pada perjuangan Palestina." Satu jam berlalu, beranjak dari pukul 01.00, perbincangan pun disudahi.

Agung, Toha, Al-Abrache, dan Larijani meninggalkan ruangan. Mereka kembali ke hotel, menembus malam Beirut. "Selama pertemuan itu, hati saya berdebar. Bagaimana jika ada yang menyerbu masuk dan menembaki kami," kata Agung. Kantuk dan lelah semakin membalut mata dan tubuh. Namun, apakah warga Gaza masih bisa nyenyak dalam peraduannya?

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement