Ahad 29 Sep 2024 07:37 WIB

Lewat Rembug Tani, PI Gelorakan Sembalun Sebagai Sentra Holtikultura RI

Kehadiran petani milenial merupakan angin segar bagi sektor pertanian NTB.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi (kanan) dan Penyuluh Swadaya Pending Dadih Permana (kanan) saat meninjau lahan pertanian kentang di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (28/9/2024).
Foto: Republika/M Nursyamsi
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi (kanan) dan Penyuluh Swadaya Pending Dadih Permana (kanan) saat meninjau lahan pertanian kentang di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (28/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMBALUN -- Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) terus berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam meningkatkan produktivitas untuk ketahanan pangan nasional. Salah satu caranya melalui kegiatan Rembug Tani bersama pemerintah daerah dan kelompok tani di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (28/9/2024).

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) atau PI Rahmad Pribadi mengatakan Rembug Tani di bawah kaki Gunung Rinjani ini terasa begitu istimewa. Pasalnya, PI mengajak seluruh direktur utama dari sepuluh anggota holding Pupuk Indonesia untuk ikut serta berdiskusi dengan para petani. 

 

"Sembalun ini adalah sentra hortikultura yang sangat terkenal. Pada hari ini, saya mengajak seluruh direktur utama yang ada di Pupuk Indonesia supaya lebih kenal dengan Sembalun," ujar Rahmad. 

 

Rahmad menyebut sektor hortikultura merupakan hal yang penting dan tidak boleh terabaikan. Terlebih, lanjut Rahmad, banyak para petani milenial di Sembalun yang berkecimpung di sektor holtikultura.

 

"Seringkali terlewatkan ketika berbicara seberapa pentingnya produksi hortikultura di sini," ucap Rahmad. 

 

Rahmad menyampaikan kehadiran petani milenial merupakan angin segar bagi sektor pertanian NTB. Rahmad mengatakan petani milenial yang relatif lebih adaptif dengan teknologi dapat memicu peningkatan produktivitas ke depan. 

 

"Ini saya lihat semua rata-rata umurnya di bawah 30 tahun semua, masih muda-muda semua, ini bagus karena hortikultura membutuhkan teknologi yang berbeda dengan tanaman pangan," kata Rahmad. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement