REPUBLIKA.CO.ID,WARSAWA -- Kepolisian Polandia mengatakan korban jiwa akibat banjir besar di barat daya negara itu bulan ini bertambah sembilan orang. Dua orang dilaporkan ditemukan saat operasi pembersihan dilakukan.
Banjir terburuk yang melanda Eropa tengah dalam dua dekade terakhir menewaskan 26 orang di seluruh wilayah. Banjir meninggalkan kehancuran mulai dari Rumania sampai Polandia.
Kota-kota dipenuhi lumpur dan puing-puing, jembatan-jembatan yang rusak, dan mobil-mobil terendam air. Diperkirakan butuh miliaran dolar AS bagi pemerintah dan pemilik rumah untuk memperbaiki kerusakan.
"Dua jenazah ditemukan saat operasi pembersihan dilakukan di Klodzko County dan Nysa County," kata kepolisian Polandia di media sosial X, Sabtu (28/9/2024).
"Aktivitas identifikasi sedang dilakukan, keadaan kematian mengindikasi mungkin ini korban kesembilan dan delapan yang tewas di daerah yang terdampak banjir," tambah kepolisian.
Sebelumnya dilaporkan pekan ini peneliti Eropa mengatakan perubahan iklim meningkatkan kemungkinan hujan deras yang memicu banjir di Eropa tengah bulan ini dua kali lipat. Peneliti mendesak pembuat kebijakan untuk segera bertindak dalam menghentikan pemanasan global.
Penelitian yang dilakukan kelompok ilmuwan internasional yang meneliti dampak perubahan iklim dalam peristiwa cuaca ekstrem, World Weather Attribution (WWA) menemukan hujan empat hari berturut-turut yang dibawa Badai Boris merupakan hujan terbesar yang pernah tercatat di Eropa tengah.
WWA mengatakan perubahan iklim mengakibatkan kemungkinan hujan deras itu naik dua kali lipat dan meningkatkan intensitasnya hingga 7 persen. "Sekali lagi, banjir-banjir ini menunjukkan dampak menghancurkan pemanasan yang dipicu bahan bakar fosil," kata peneliti Imperial College London dan salah satu penulis penelitian ini Joyce Kimutai.
"Sampai minyak, gas, dan batu bara diganti energi terbarukan, badai seperti Boris akan membawa hujan yang lebih deras, banjir yang menghancurkan perekonomian," tambahnya.
Dalam penelitiannya WWA mengatakan kombinasi pola cuaca yang membentuk badai termasuk pergerakan udara dingin di pegunungan Alpen dan udara sangat hangat di Mediterania dan Laut Hitam, tidak biasanya terjadi. Menurut WWA perubahan iklim mengakibatkan badai-badai semakin mungkin terjadi dan semakin tinggi intensitasnya.