Senin 30 Sep 2024 21:08 WIB

Dampak Boikot di Indonesia Mereda, BKSP Terus Serukan Perluasan BDS

Budihardjo menyampaikan aksi boikot relatif lebih mereda belakangan ini.

Rep: M Nursyamsi/ Red: A.Syalaby Ichsan
Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengatakan Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) harus belajar dari kasus penolakan paspor Warga Negara Indonesia (WNI) yang ditolak di Jerman hanya karena mengenai pencetakan blanko spesimen tanda tangan.
Foto: istimewa
Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengatakan Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) harus belajar dari kasus penolakan paspor Warga Negara Indonesia (WNI) yang ditolak di Jerman hanya karena mengenai pencetakan blanko spesimen tanda tangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  Wakil Ketua (Pimpinan) Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Sukamta mengajak masyarakat di tingkat dunia untuk terus melakukan perluasan gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) produk, perusahaan, dan lembaga yang terafiliasi dengan Israel.

“Juga melakukan gerakan mengecam genosida yang dilakukan Israel, sehingga tidak ada lagi tempat bagi Israel di seluruh dunia,” ujar Sukamta di Jakarta, Senin (30/9/2024).

Baca Juga

Seruan Sukamta tersebut muncul di tengah kendurnya gerakan boikot terhadap produk-produk terafiliasi dengan Israel. Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menyampaikan dampak boikot terhadap brand-brand yang diduga terafiliasi mendukung Israel masih terasa. Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan situasi tersebut mulai berangsur kondusif.

"Untuk dampaknya itu memang masih ada terhadap beberapa merek dari luar," ujar Budihardjo saat dihubungi Republika di Jakarta, Jumat (27/9/2024).

Budihardjo bersyukur sentimen dan boikot yang terjadi di Indonesia tidak separah dengan yang terjadi di negara lain. Budihardjo mencontohkan gerai Starbucks yang hingga saat ini masih beroperasi. "Untuk Starbucks juga tidak sampai parah sekali," ucap Budihardjo. 

Budihardjo menyampaikan aksi boikot relatif lebih mereda belakangan ini. Budihardjo menilai hal ini disebabkan banyaknya pernyataan dari berbagai pihak, termasuk brand tersebut yang menggunakan pasokan lokal untuk produk di Indonesia. 

"(Dampak boikot) berangsur-angsur sudah mulai pulih karena pernyataan merek itu punya banyak produsen dan tenaga lokal seperti pasokan ayam hingga telur," lanjut Budihardjo. 

Budihardjo mengatakan brand-brand tersebut selama ini memiliki perhatian terhadap penggunaan bahan baku lokal. Hal ini berdampak positif dalam mendukung bahan baku lokal. "Kita berharap terus mencintai produk-produk yang dibuat di Indonesia. Walau merek global itu isinya tidak semua impor, banyak bahan lokalnya juga," kata Budihardjo. 

 

 

Dorongan kepada negara-negara Timur Tengah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement