Selasa 01 Oct 2024 12:54 WIB

Sebanyak 24 dari 38 Provinsi Alami Deflasi Bulanan pada September 2024

Deflasi utamanya disumbang kelompok makanan minuman dan tembakau.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Gita Amanda
BPS telah mengumumkan pada September 2024 terjadi deflasi secara bulanan (month to month/m-to-m) sebesar 0,12 persen. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
BPS telah mengumumkan pada September 2024 terjadi deflasi secara bulanan (month to month/m-to-m) sebesar 0,12 persen. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan pada September 2024 terjadi deflasi secara bulanan (month to month/m-to-m) sebesar 0,12 persen. Itu merupakan deflasi kelima sepanjang tahun ini.

PLT Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menerangkan, jika dilihat berdasarkan wilayah, sebanyak 24 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami deflasi. Sedangkan 14 lainnya, mengalami inflasi.

Baca Juga

"Deflasi terdalam sebesar 0,92 persen terjadi di Papua Barat, kemudian inflasi tertinggi di Maluku Utara, sebesar 0,56 persen," kata Amalia dalam konferensi pers di kantornya, di Jakarta, Selasa (1/10/2024).

Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan deflasi sebesar 0,59 persen, dan memberikan andil deflasi sebesar 0,17 persen. Terdapat juga terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi, di antaranya, ikan segar dan kopi bubuk, dengan andil inflasi, masing-masing sebesar 0,02 persen. Biaya kuliah, akademi atau perguruan tinggi, kemudian tarif angkutan udara dan juga sigaret kretek mesin (SKM) yang memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.

Amalia menjelaskan, dalam lima bulan terakhir, komoditas daging ayam ras, masuk dalam lima besar komoditas utama yang menyumbang andil deflasi, dengan andil deflasi September 2024 sebesar 0,02 persen.  Deflasi yang terjadi dalam lima bulan terakhir, secara umum disumbang oleh penurunan harga komoditas bergejolak.  

"Kelompok makanan,minuman, tembakau ternyata kembali menjadi penyumbang utama deflasi pada September 2024, dan deflasi pada kelompok ini terlihat berlangsung selama enam bulan berturut-turut sejak April 2024," ujar PLT Kepala BPS. 

Tingkat deflasi september 2024 dari kelompok makanan, minuman dan tembakau, merupakan deflasi September terdalam sepanjang 2020-2024. Itu dengan tingkat deflasi sebesar 0,59 persen dan andil deflasi sebesar 0,17 persen.

BPS mencatat beberapa catatan peristiwa penting yang dapat  berpengaruh terhadap indikator-indikator harga. Pertama harga BBM nonsubsidi mengalami penurunan pada September 2024 setelah bulan lalu (Sebelumnya) mengalami penurunan harga.

Pertamax, turun Rp600 - Rp750, atau sekitar 5-6 persen. Pertamax Turbo, turun Rp980-Rp 1.050, atau sekitar 6-7 persen. Dexlite, turun Rp 1.200-Rp 1.350 ataua sekitar 8-9 persen. Pertamina Dex, turun Rp1.100-Rp1.150, atau sekitar 7 persen.

Selanjutnya, seiring dengan peningkatan produksi di beberapa daerah, pasokan cabai rawit dan cabai merah terlihat meningkat. Ketiga, tren penurunan harga rata-rata ayam ras pedaging hidup atau yang disebut dengan livebird di tingkat produsen, masih terus berlanjut hingga September 2024. 

Terakhir, bertepatan dengan hari kopi internasional yang jatuh pada hari ini (1 Oktober). BPS mengutip dari International Coffee Organization, telah terjadi tren kenaikan harga kopi dunia, hingga September 2024. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement