REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Salah satu kekuatan Hizbullah dalam menghadapi pertempuran darat melawan Israel adalah Pasukan Radwan. Pasukan ini dibentuk untuk fokus terutama pada pertempuran di selatan dan hanya berlatih di lokasi tersebut.
Pasukan Radwan telah mendapatkan perhatian baru dalam beberapa bulan terakhir. Israel sebelumnya telah menuntut agar unit elite ini mundur lebih dari 30 kilometer dari perbatasan Lebanon-Israel, dan mengancam akan memindahkannya secara paksa jika Hizbullah tidak melakukannya secara sukarela.
Seperti dilansir dari laman defencsecurityasia, unit pasukan khusus ini dilatih untuk melakukan serangan kecil di Israel dan telah ada setidaknya sejak 2006. Unit ini melakukan penangkapan tentara Israel - katalisator perang antara Israel dan Hizbullah pada bulan Juli 2006.
Pasukan ini pernah disebut sebagai “unit intervensi cepat”, kelompok ini berganti nama pada tahun 2008 setelah pembunuhan Imad Mughniyeh, yang memiliki nama samaran “Haji Radwan”.
Setelah Hizbullah mengintervensi rezim Suriah dalam perang saudara Suriah, Pasukan Radwan mulai bertempur bersama militer Suriah dan milisi-milisi sekutunya.
Unit ini dilaporkan dikerahkan di Suriah selatan dan utara untuk memerangi elemen-elemen pemberontak, serta di Quneitra di Dataran Tinggi Golan Suriah, di mana elemen-elemen yang terkait dengan Iran telah mempertahankan kehadirannya selama bertahun-tahun.
Para analis mengatakan bahwa pengalaman bertempur unit ini di Suriah telah membuat barisan mereka semakin terlatih dalam pertempuran dan meningkatkan kemampuan mereka untuk bertempur sebagai pasukan komando, berbeda dengan unit-unit Hizbullah lainnya yang lebih bersifat gerilya.
The New York Times dalam laporannya mengatakan bahwa Radwan telah memimpin dalam konflik Hizbullah yang telah berlangsung lama dengan Israel. Mereka juga berperan penting dalam serangan lintas batas yang telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir ini selama Israel dan Hamas berperang.
Analis militer Israel mengatakan bahwa Radwan telah mengadopsi misi untuk menaklukkan wilayah utara Israel, Galilea.
“Pasukan Radwan didedikasikan untuk menduplikasi apa yang terjadi pada 7 Oktober di selatan Israel di utara,” ungkap Tamir Hayman, seorang pensiunan jenderal yang memimpin intelijen militer Israel hingga tahun 2021, dalam sebuah wawancara.