Selasa 01 Oct 2024 21:50 WIB

OJK: Dampak Penurunan Suku Bunga Acuan terhadap Kredit tidak Terlalu Sensitif 

Suku bunga kredit saat ini tidak terlalu sensitif terhadap perubahan suku bunga acuan

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Kredit (ilustrasi). OJK mengungkapkan bahwa dampak penurunan suku bunga acuan tidak memberi dampak yang signifikan terhadap kredit.
Foto: Republika/Prayogi
Kredit (ilustrasi). OJK mengungkapkan bahwa dampak penurunan suku bunga acuan tidak memberi dampak yang signifikan terhadap kredit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan bahwa dampak penurunan suku bunga acuan tidak memberi dampak yang signifikan terhadap kredit, setidaknya sejauh ini. Itu kaitannya dengan pelonggaran kebijakan Bank Indonesia (BI) dengan memangkas suku bunga acuan (BI Rate) pada pertengahan September 2024 lalu.

“Suku bunga kredit saat ini tidak terlalu sensitif terhadap perubahan suku bunga acuan sebagaimana terlihat suku bunga kredit yang relatif stabil, bahkan menurun,” kata Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulan September 2024 yang digelar secara daring, Selasa (1/10/2024). 

Baca Juga

Menurut catatan OJK, pada Agustus 2024, kredit perbankan tumbuh sebesar 11,40 persen year on year (yoy) menjadi Rp 7.507,7 triliun. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan bulan Juli 2024 dengan pertumbuhan kredit sebesar 12,40 persen di angka Rp 7.515 triliun. 

Seiring dengan itu, dana pihak ketiga (DPK) pada Agustus 2024 tercatat tumbuh 7,01 persen (yoy), terkoreksi dibandingkan bulan lalu sebesar 7,72 persen (yoy). 

“(Faktor penurunan kredit) karena dalam penyaluran kredit bank harus mempertimbangkan aspek demand atau permintaan dan risiko kredit,” jelasnya. 

Dian mengatakan, dalam penyaluran kredit tentunya perbankan menyesuaikan pemenuhan loan demand, dengan memikirkan risiko penyaluran kredit, agar kualitas kreditnya tetap terjaga.  

“Sampai saat ini risiko kredit masih relatif terjaga, sementara daya tahan bank menyerap risiko tergolong kuat, sebagaimana terlihat dari tingkat permodalan yang tinggi dengan didukung tingkat profitabilitas yang baik meskipun dengan NIM (net interest margin) yang sedikit menurun,” jelasnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement