Rabu 02 Oct 2024 08:58 WIB

Strategi BSI Dorong Inklusi Keuangan Syariah  

BSI memiliki strategi memaksimalkan potensi besar dari nasabah musilim di Indonesia.

Rep: Dian Fath Risalah  / Red: Gita Amanda
Bank Syariah Indonesia (BSI) terus memperkuat komitmennya dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah, terutama di kalangan generasi muda. (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Bank Syariah Indonesia (BSI) terus memperkuat komitmennya dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah, terutama di kalangan generasi muda. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor keuangan syariah. Meskipun pertumbuhan sektor ini semakin pesat, inklusivitas keuangan syariah masih menjadi tantangan yang perlu diatasi. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun meminta semua pihak bersinergi dalam mengerek indeks literasi dan inklusi keuangan penduduk Indonesia yang masih rendah. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi menekankan, Indonesia tak boleh tertinggal dari negara-negara lain dari sisi perkembangan sektor keuangan syariah.

Baca Juga

“Ini harus total football, kita kerjakan bersama-sama antara pemerintah, regulator, pelaku usaha jasa keuangan, akademisi, hingga media,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi di Jakarta pada akhir September lalu.

Menjawab tantangan ini, sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, Bank Syariah Indonesia (BSI) terus memperkuat komitmennya dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah, terutama di kalangan generasi muda. Bank pelat merah tersebut berhasil meraih penghargaan atas Implementasi Program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) kategori Bank Umum Syariah Terbaik dari OJK atas berbagai inisiatif untuk mendorong literasi dan inklusi keuangan syariah.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi, menyatakan BSI memiliki strategi untuk memaksimalkan potensi besar dari nasabah di Indonesia. Optimisme BSI ini didukung dengan 87 persen dari 220 juta penduduk Indonesia adalah Muslim.

"BSI punya strategi untuk bagaimana memaksimalkan potensi kita yang ada untuk kami integrasikan ke dalam Islamic Ecosystem, seperti masjid, zakat, infaq, sodaqoh, wakaf, umrah, termasuk sekolah-sekolah Islam," ujar Hery.

BSI juga telah bekerja sama dengan lebih dari 40 ribu sekolah di Indonesia dalam pengelolaan dana pendidikan, manajemen kas, serta kolaborasi program pendidikan dan beasiswa bagi siswa berprestasi. Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang baik kepada seluruh civitas akademika bahwa ekonomi syariah adalah sistem yang relevan dan dapat diterapkan untuk mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia.

Selain itu, BSI memiliki program School Visits to BSI di mana siswa dan santri diajak untuk melihat lebih dekat bagaimana kegiatan dan lingkungan kerja di kantor BSI. Program ini merupakan bagian dari upaya BSI dalam mengimplementasikan Islamic Ecosystem, dengan melibatkan siswa dan santri dari sekolah Islam Terpadu atau pesantren.

BSI juga rutin mengadakan program CEO Mengajar, sebuah program literasi keuangan syariah yang menyasar anak-anak muda, khususnya mahasiswa. Program ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru mengenai perkembangan ekonomi syariah di Indonesia, serta menjadi referensi bagi para mahasiswa dalam menentukan pilihan karir di masa depan.

Salah satu inisiatif utama BSI dalam meningkatkan literasi keuangan syariah adalah penyelenggaraan BSI International Expo. Acara ini mencakup pameran, business matching, seminar, dan hiburan, serta melibatkan lebih dari 265 tenant, termasuk UMKM binaan BSI yang berpartisipasi dalam business matching dengan pembeli internasional.

BSI juga memiliki Program Digitalisasi Tabungan Anak, yang dirancang untuk membiasakan budaya menabung sejak dini. Melalui program ini, pembukaan rekening anak dapat dilakukan kapanpun dan di manapun tanpa perlu datang ke cabang, sejalan dengan transformasi BSI menuju Digital Financial Solution Banking melalui aplikasi BSI Mobile. BSI berharap bahwa digitalisasi ini akan mempermudah literasi keuangan anak sejak dini, mempersiapkan mereka meraih cita-cita.

"BSI berkomitmen, bismillah, siap mendukung program GENCARKAN melalui kolaborasi dan sinergi program BSI dan GENCARKAN, joint event, serta sosialisasi dan kampanye kepada masyarakat," kata Hery.

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2024, tingkat literasi keuangan syariah di Indonesia hanya meningkat 30 persen menjadi sekitar 39,11 persen, namun hal ini masih jauh di bawah literasi keuangan konvensional yang mencapai 65,43 persen. Peningkatan yang cukup tinggi dari literasi keuangan syariah ini, namun tidak diimbangi dengan pertumbuhan inklusi keuangan syariah dimana pada tahun 2024 mencapai 12,88 persen cenderung stagnan dari tahun sebelumnya dan jauh lebih rendah dibandingkan indeks inklusi keuangan konvensional yang mencapai 75,02 persen.

Data ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang kurang memahami konsep dan produk keuangan syariah, meskipun mereka berada di negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Dalam perspektif positif, dapat dilihat juga adanya ruang bertumbuh yang cukup besar bagi ekonomi dan keuangan syariah. Kondisi ini menyoroti betapa pentingnya upaya peningkatan literasi keuangan syariah untuk memperluas inklusivitas sektor ini.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement