REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- PT KCC Glass Indonesia resmi beroperasi sejak Kamis (3/10/2024). Momen ini ditandai dengan heat up ceremony di lokasi pabrik kaca itu yang terletak di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani meresmikan mulai beroperasinya perusahaan yang induknya berasal dari Korea Selatan itu. Dalam pernyataannya, Rosan menilai ini hari yang sangat penting. Bukan hanya untuk KCC Glass, tapi juga terkait hubungan antara Indonesia dan Korsel.
"Kami sangat menghargai karena Korea (Selatan) telah menjadi partner Indonesia selama ini," kata mantan Wakil Menteri BUMN, di KITB Batang, Jateng, Kamis (3/10/2024).
Ia mengetahui bagaimana kolaborasi kedua negara yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Sudah banyak perusahaan negeri ginseng berinvestasi di Indonesia. Termasuk KCC Glass.
Rosan menerangkan, dampaknya akan terasa ke berbagai lini. Akan tercipta lebih banyak lapangan pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan yang berkualitas.
"Dan kalau kita lihat inivestasi ini akan meningkat dari Rp 4 triliun kemudian Rp 8 triliun lagi. Jadi kami menanti-nantikan implementasi investasi selanjutnya," ujar Kepala BKPM.
Ia menegaskan, pemerintah akan selalu membuka diri terhadap investor. Terpenting adalah bagaimana investasi yang ditanam berkesinambungan. Bukan sekadar baru.
Paling utama, bagaimana menjaganya. Lalu membuat hal itu lebih berkembang. Otomatis menciptakan lebih banyak pekerjaan.
"Job creation di Indonesia itu adalah hal yang sangat-sangat penting ke depannya. Karena tatangan utama dari pemerintah adalah bagaimana kita menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas dan juga berkesinambungan," tutur Rosan.
KCC Glass Indonesia, jelas dia menunjukkan contoh ideal. Sebanyak 80 persen hasil produksi pabrik tersebut akan diekspor. Ini sesuai misi pemerintah.
"Kita ke depannya ingin investasi yang masuk ke Indonesia itu yang export oriented," ujar Rosan.
Dalam paparan video resmi KCC Glass Indonesia, targetnya, pabrik tersebut memproduksi 1200 ton kaca per hari. Jumlah demikian bisa memenuhi kebutuhan industri di Asia, Amerika, dan Eropa.
Bahan bakunya berasal dari berbagai daerah di tanah air. Silika diambil dari Belitung, batu kapur dari Bandung. Bahan baku tersebut diubah menjadi kaca berkualitas tinggi. Setidaknya 2000 lapangan kerja akan tercipta.
Kemudian ada ruang untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tentunya, secara keseluruhan ekosistem yang terbangun bisa berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.