REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Seorang pejabat Israel mengatakan, militer negaranya (IDF) sedang mempersiapkan serangan ke Iran sebagai respon atas serangan rudal balistik Iran baru-baru ini ke wilayah Israel. Negeri Zionis tersebut menyebut Iran sudah melanggar hukum terhadap warga sipil Israel.
"IDF (militer Israel) sedang mempersiapkan tanggapan terhadap serangan Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya dan melanggar hukum terhadap warga sipil Israel dan Israel," kata pejabat Israel tersebut dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang berbicara kepada publik tentang masalah itu, Sabtu (5/10/2024), dikutip laman Al Arabiya.
Pejabat Israel tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut tentang sifat serangan atau kapan serangan ke Iran bakal dilakukan. Sementara itu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyarankan Israel agar tidak menyerang fasilitas minyak milik Iran. Hal itu disampaikan Biden sehari setelah dia mengatakan Washington dan para sekutunya tengah membahas kemungkinan serangan ke fasilitas minyak Iran.
“Jika saya berada di posisi mereka, saya akan memikirkan alternatif lain selain menyerang ladang minyak,” kata Biden kepada awak media, Jumat (4/10/2024), ketika ditanya tentang komentarnya sehari sebelumnya bahwa AS sedang membahas kemungkinan serangan semacam itu dengan sekutunya, dikutip laman Gulf Today.
Menurut Biden, Israel belum memutuskan bagaimana akan membalas serangan hampir 200 rudal balistik Iran yang diluncurkan ke wilayahnya pada Selasa (1/10/2024) malam. Pernyataan Biden tentang rencana menyerang fasilitas minyak Iran pada Kamis lalu seketika membuat harga minyak dunia melonjak.
Pada Selasa (1/10/2024) lalu, Iran menembakkan sekitar 200 roket ke Israel. Garda Revolusi Iran mengatakan bahwa serangan itu merupakan balasan atas kematian pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Kelompok Hizbullah dan Israel sudah terlibat konfrontasi secara sporadis di wilayah perbatasan Israel-Lebanon sejak pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Hizbullah mendukung perlawanan yang dilakukan Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya di Gaza.
Pada 23 September 2024 lalu, Israel melancarkan serangan udara terbesarnya ke wilayah selatan Lebanon. Serangan tersebut membunuh lebih dari 500 orang, termasuk setidaknya 50 anak-anak. Sejak saat itu, Israel terus meluncurkan serangan udara ke Lebanon. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah turut menjadi korban dan syahid.