Ahad 06 Oct 2024 17:28 WIB

Dampak Konflik Timur Tengah Terhadap Pasar Kripto: Volume Pasar Jatuh Lebih dari 12 Persen

Pada hari Jumat lalu, kapitalisasi pasar mencapai 2,11 triliun dolar AS.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah telah memberikan dampak signifikan terhadap pasar mata uang kripto global, (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah telah memberikan dampak signifikan terhadap pasar mata uang kripto global, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah telah memberikan dampak signifikan terhadap pasar mata uang kripto global, dengan total volume pasar anjlok lebih dari 12 persen dalam 24 jam terakhir menjadi 81,11 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.258 triliun. Pada hari Jumat lalu, kapitalisasi pasar mencapai 2,11 triliun dolar AS atau sekitar Rp 33.250 triliun. 

Angka tersebut mencatatkan penurunan mendekati 1 persen dari hari sebelumnya dan penurunan besar sebesar 30 persen dari rekor tertinggi sepanjang masa yang mencapai 3 triliun dolar AS. Adapun, harga Bitcoin, sebagai mata uang kripto terkemuka, jatuh hampir 7 persen dalam sepekan terakhir sejak konflik tersebut meningkat, dengan harga berada di angka 60.750 dolar AS atau sekitar Rp 939 juta pada perdagangan Jumat pagi.

Baca Juga

Para pakar pasar mengindikasikan bahwa penurunan lebih lanjut mungkin akan terjadi, mengingat volatilitas pasar yang saat ini berlangsung. Namun, meskipun terjadi penurunan keseluruhan, dominasi Bitcoin meningkat menjadi hampir 57 persen, mencatat kenaikan marginal sebesar 0,17 persen dalam sehari.

“Krisis yang berlangsung di Timur Tengah telah mengganggu pemulihan Bitcoin yang terjadi di bulan September,” ungkap Ryan Lee, Kepala Analis di Bitget Research, dalam sebuah wawancara dikutip dari Arabian Business, Ahad (6/10/2024).

Ia juga menambahkan, untuk bulan Oktober, yang biasanya dianggap positif untuk pasar, Bitcoin justru turun sebesar 4,8 persen menjadi 60.683 dolar AS atau sekitar Rp919 juta per hari Jumat. "Volatilitas saat ini menunjukkan bahwa penurunan lebih lanjut mungkin akan terjadi," kata dia.

Para ahli pasar juga menyatakan bahwa Bitcoin, yang kini telah berkembang menjadi aset global, sangat terpengaruh oleh kejadian-kejadian dunia. Dalam beberapa hari terakhir, pasar cryptocurrency mengalami likuidasi yang sangat intens setelah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Data pasar menunjukkan bahwa lebih dari 700 juta dolar AS atau sekitar Rp10,6 triliun dan  telah dilikuidasi dalam tiga sesi di bulan Oktober, dengan Bitcoin menyumbang bagian besar dari jumlah tersebut.

"Umumnya, likuidasi ini dapat dianggap sebagai cara untuk mereset pasar, mengingat banyak trader yang over-leveraged sebelumnya," kata seorang eksekutif senior dari bursa kripto yang berbasis di India.

Lee juga menjelaskan bahwa penurunan volume perdagangan sebesar 16 persen menunjukkan berkurangnya sentimen positif. "Reaksi ini dapat dipahami, karena investor cenderung tidak ingin terjebak dalam situasi makroekonomi yang dapat mengikat modal mereka," ujarnya.

Meski terjadi penurunan umum, para peserta pasar melaporkan bahwa investor institusional terus membeli mata uang digital dengan laju yang setara atau lebih tinggi daripada jumlah yang ditambang setiap hari, berdasarkan data yang diamati di Cryptoquant. Ketertarikan untuk melihat pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS yang dapat memicu rebound pasar menjadi alasan bagi investor institusional untuk tetap berinvestasi di pasar cryptocurrency.

Saat ini, Bitcoin tetap bertahan di atas level dukungan 60 ribu dolar AS atau sekitar Rp939 juta dan para analis memprediksi harga dapat berfluktuasi di kisaran 72 ribu dolar AS atau sekitar Rp1,1 miliar dalam beberapa hari dan pekan mendatang. Karena perlu diingat, performa historis Bitcoin cenderung membaik pada kuartal keempat setiap tahunnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement