REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammadiyah menilai bahwa kebiadaban Israel di negeri Palestina, khususnya Jalur Gaza, sudah sangat melampaui batas. Genosida yang dilancarkan entitas zionis itu terhadap rakyat Palestina sulit diterima akal sehat maupun hati nurani manusia.
Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Hubungan dan Kerja Sama Internasional, Prof Syafiq A Mughni. Menurut dia, kekuatan-kekuatan besar di ranah global, termasuk Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat, semestinya berpihak pada kemanusiaan dan kebebasan, bukan penjajahan dan kezaliman zionis.
"Genosida yang dilakukan Israel itu adalah wujud kebiadaban moral sehingga sulit diterima secara akal sehat maupun hati nurani," kata Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya itu saat dihubungi Republika, Senin (7/10/2024).
Syafiq juga menyoroti masih adanya upaya-upaya Israel untuk menghambat arus bantuan kemanusiaan dari luar Jalur Gaza. Sejak Oktober 2023 hingga kini, rakyat Palestina di wilayah tersebut terancam kerentanan pangan. Bahkan, banyak di antara mereka adalah anak-anak yang menderita akibat kelaparan dan malnutrisi.
"Bayangkan bila kita mengalami hal sama. Semestinya tak boleh ada penghalangan atau penghambatan bantuan kemanusiaan. Ini di luar soal politik karena kemanusiaan adalah komitmen universal kita bersama," ucap Syafiq.
Dalam momentum satu tahun genosida di Gaza, Persyarikatan mengajak seluruh elemen bangsa, terutama umat Islam, untuk terus mengencangkan gerakan boikot. Sasaran pemboikotan ini adalah produk-produk yang terafiliasi dengan pendukung atau bahkan mendukung langsung Israel. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendaftar produk-produk yang layak diboikot, seperti dilakukan BDS Indonesia.
"Pemboikotan adalah tekanan yang perlu dilakukan agar Israel mengakhiri segala bentuk kezaliman dan kebiadaban terhadap rakyat Palestina. Dan juga, agar Israel menghentikan perampasan atas tanah milik bangsa Palestina," papar dia.