Senin 07 Oct 2024 18:00 WIB

Kata Presiden Prancis Apakah Serang Lebanon Untungkan Israel

Kata Presiden Prancis ke Netanyahu: Perang Gaza-Lebanon tak untungkan Israel

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan pidato, Rabu 12 Juni 2024 di Paris.
Foto: AP Photo/Michel Euler
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan pidato, Rabu 12 Juni 2024 di Paris.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Ahad (6/10) bahwa pasokan senjata ke Israel dan kelanjutan konflik di Gaza, serta perluasannya ke Lebanon, tidak menguntungkan rakyat Israel. Menurut pernyataan kantor kepresidenan Prancis. Macron menambahkan bahwa "waktunya telah tiba untuk gencatan senjata."

"Presiden mengatakan kepada Perdana Menteri Israel bahwa ia yakin waktunya telah tiba untuk gencatan senjata. Pasokan senjata, perpanjangan perang di Jalur Gaza, serta perluasan ke Lebanon, tidak dapat menjamin keamanan yang diharapkan oleh rakyat Israel dan semua penduduk di wilayah tersebut. Kita harus segera melakukan upaya tegas untuk mengembangkan solusi politik yang diperlukan bagi keamanan Israel dan seluruh Timur Tengah," demikian disampaikan Istana Elysee dalam sebuah pernyataan resmi.

Baca Juga

Pada saat yang sama, Macron memastikan kepada Netanyahu bahwa Prancis akan terus mendukung dan menunjukkan solidaritas, "rasa hormat dan persahabatan" antara kedua negara, serta "keinginan untuk saling memahami."

Sehari sebelumnya, Macron menyerukan untuk menghentikan pasokan senjata ke Israel yang digunakan dalam operasi militer di Jalur Gaza, dengan menyebut langkah tersebut sebagai prioritas untuk menyelesaikan situasi di wilayah tersebut.

Kemudian, Perdana Menteri Israel menyebut usulan embargo senjata itu sebagai "sebuah penghinaan" dan menyatakan keyakinannya bahwa Israel akan mengalahkan kekuatan pro-Iran di kawasan itu tanpa bantuan dari negara-negara Barat yang berbicara tentang perlunya memberlakukan embargo senjata terhadap negara Yahudi tersebut. Istana Elysee menganggap pernyataan perdana menteri Israel tersebut terlalu keras.

Sejak 1 Oktober, Israel telah melancarkan operasi darat melawan pasukan Hizbullah di selatan Lebanon dan terus melakukan serangan udara terhadap negara tetangga tersebut, menewaskan lebih dari seribu orang, termasuk para pemimpin Hizbullah, dengan lebih dari 90.000 orang menjadi pengungsi. Meskipun mengalami kerugian, termasuk di jajaran komando, Hizbullah terus melakukan pertempuran darat dan tidak berhenti meluncurkan serangan roket ke wilayah Israel.

Tujuan utama kampanye militer Israel itu dikatakan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi kembalinya 60.000 penduduk di utara yang dievakuasi akibat serangan yang diluncurkan oleh Hizbullah sejak setahun yang lalu sebagai dukungan terhadap gerakan Palestina, Hamas. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement