Selasa 08 Oct 2024 07:39 WIB

Unilever Siapkan Rp 2,5 Triliun untuk Revitalisasi Rantai Pasok Eropa Usai Rencana PHK

Unilever berencana memangkas sepertiga posisi kantor di Eropa hingga akhir 2025.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Sebuah tanda di luar bekas pabrik sabun Lever Brothers, sekarang Unilever, di Port Sunlight, di Port Sunlight, Inggris, 03 September 2024.
Foto: EPA
Sebuah tanda di luar bekas pabrik sabun Lever Brothers, sekarang Unilever, di Port Sunlight, di Port Sunlight, Inggris, 03 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Unilever, perusahaan multinasional yang berbasis di Inggris-Belanda, mengumumkan rencana investasi lebih dari 150 juta euro atau setara Rp 2,5 triliun guna merombak rantai pasok bisnis perawatan rumahnya di Eropa. Langkah ini diambil untuk mengatasi kinerja yang kurang memuaskan dan menarik perhatian generasi muda di era pascapandemi.

Bisnis perawatan rumah Unilever di Eropa, yang mencakup merek-merek terkenal seperti Persil, Omo, dan Comfort, akan melakukan berbagai pembenahan. Rencananya, perusahaan akan membangun pabrik baru, menambah gudang, dan memperkenalkan lini produksi baru di fasilitas yang sudah ada. Proses perombakan ini dimulai sejak awal 2023 dan ditargetkan rampung pada 2026.

Baca Juga

Langkah strategis ini diambil setelah Unilever dilaporkan berencana memangkas sepertiga posisi kantor di Eropa hingga akhir 2025, sejalan dengan upaya CEO Hein Schumacher untuk mengembalikan pertumbuhan. Raksasa barang konsumen asal Inggris-Belanda itu juga akan meningkatkan anggaran untuk promosi serta riset dan pengembangan sebesar 40 persen.

“Kami melakukan desain ulang total terhadap rantai pasok kami di Eropa,” kata Kepala Bisnis Perawatan Rumah Global Unilever Eduardo Campanella seperti dikutip dari Reuters, Selasa (8/10/2024).

Diharapkan, perubahan ini akan memungkinkan Unilever untuk melakukan reinvestasi pada produk berkualitas, promosi di toko, dan strategi pemasaran yang lebih efektif. Perusahaan juga akan lebih memprioritaskan beberapa merek dan melakukan peningkatan pada produk yang sudah ada.

“Kami belum berinvestasi dengan baik di Eropa karena kami tidak tumbuh. Ini adalah siklus yang saling terkait,” ucapnya.

Ia tak memungkiri kondisi stagnasi di Eropa sebelumnya menjadi tantangan bagi Unilever. Selama enam bulan pertama tahun ini, bisnis perawatan rumah Unilever mencatat pertumbuhan penjualan mendasar sebesar 3,3 persen. Sementara itu, pertumbuhan bisnis di Eropa mencapai hampir 13 persen dengan dua pertiga dari angka tersebut berasal dari peningkatan volume penjualan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement