Selasa 08 Oct 2024 12:52 WIB
Red: Fian Firatmaja
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setidaknya 26 orang tewas dan 93 lainnya terluka akibat serangan udara Israel yang menghantam Masjid Syuhada Al-Aqsa dan Sekolah Ibnu Rusyd, di Deir Al Balah, Gaza tengah.
Serangan ini terjadi pada Minggu (6/10) dini hari, hanya 1 hari menjelang peringatan 1 tahun perang di Gaza.
Israel menuduh Hamas memiliki pusat komando di masjid dan sekolah tersebut.
Hamas membantah tuduhan menggunakan fasilitas sipil seperti sekolah, rumah sakit, dan masjid untuk tujuan militer.
Pada hari yang sama, tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru di beberapa bagian Kamp Nuseirat di Gaza tengah — tepat di utara Deir Al Balah — memaksa ratusan warga meninggalkan rumah mereka.
Dalam sebuah pernyataan, militer Israel sebut pasukannya ‘akan beroperasi untuk melawan Hamas yang melancarkan serangan dari wilayah tersebut’.
Pihak Israel mengarahkan warga mengungsi ke daerah yang ditunjuk sebagai zona kemanusiaan di Al Mawasi, Gaza selatan.
Pejabat Otoritas Palestina dan PBB mengatakan ‘tak ada lagi tempat aman di Gaza, termasuk zona kemanusiaan’.
Sementara itu, tank-tank Israel telah masuk ke wilayah Beit Lahiya dan Jabalia di Gaza utara, pada Minggu malam.
Militer Israel klaim telah ‘membunuh puluhan militan Palestina di Jabalia, dan temukan senjata serta alat peledak’.
Konflik Hamas-Israel di Gaza kembali memanas setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, yang membuat 1.200 orang syuhada dan menyandera 252 orang, menurut penghitungan Israel.
Hampir 42 ribu warga Palestina syuhada dan sekitar 97 ribu orang terluka dalam serangan Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Sebelum 7 Oktober 2023, sebanyak 6.180 warga Palestina syuhada akibat pendudukan dan konflik berdasarkan catatan tahun 2008-2022 dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA). Korban tewas Israel mencapai 279 jiwa selama periode yang sama.
Israel menduduki Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur pada 1967, dan setelahnya terus membangun pemukiman di Tepi Barat.
Kini, konflik terus meluas ke Lebanon dan Iran.