Selasa 08 Oct 2024 12:59 WIB

Banjir Akibat Hujan Deras di Bangladesh Tewaskan Lima Orang

Bangladesh semakin rentan terhadap perubahan iklim.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Musibah banjir di Kota Feni, Bangladesh, 26 Agustus 2024.
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Musibah banjir di Kota Feni, Bangladesh, 26 Agustus 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pemerintah Bangladesh mengatakan setidaknya lima orang meninggal dunia dan lebih dari 100 ribu lainnya terjebak akibat banjir besar yang dipicu hujan deras dan derasnya hulu sungai. Sementara, badai masih melanda utara Bangladesh.

Di distrik Sherpur yang paling terdampak, ketinggian air sungai besar terus meluap dan menenggelamkan daerah-daerah sekitarnya serta memaksa ribuan keluarga mengungsi. Pihak berwenang daerah khawatir dengan kerusakan badai terhadap ladang pertanian.

Banyak ladang pertanian terutama sawah padi yang berpotensi hancur. Banyak rumah dan jalan-jalan terendam air beberapa kaki, memotong akses desa dan menyulitkan upaya penyelamatan warga yang terjebak.

"Saya tidak pernah melihat banjir sebesar ini seumur hidup saya," kata warga Sherpur Abu Taher, Senin (7/10/2024).

Personel angkatan darat menggunakan perahu dan helikopter untuk bergabung dalam operasi penyelamatan, mengirimkan pasokan darurat dan mengevakuasi yang terjebak banjir. Jembatan-jembatan ambruk dan jalanan tenggelam mempersulit pihak berwenang sempat menjangkau tempat yang terdampak.

"Prioritas kami mengevakuasi warga ke tempat penampungan yang aman dan memberi mereka pasokan kebutuhan pokok," kata adminstrator distrik Sherpur, Torofdar Mahmudur Rahman.

Ia mengatakan tim penyelamat menemukan jenazah yang diduga mengambang dari India. Bangladesh yang berpopulasi 170 juta orang itu mengalami banjir beberapa kali tahun ini.

Banjir menunjukkan kerentanan negara itu pada perubahan iklim. Pada tahun 2015 lalu, analisa Bank Dunia memperkirakan 3,5 juta orang di Bangladesh terancam mengalami banjir sungai tahunan, risiko yang menurut ilmuwan diperparah pemanasan global.

Air yang tidak kunjung surut memicu kekhawatiran dampak jangka panjang di wilayah pertanian, terutama sawah padi. Bila banjir tidak segera surut, maka petani akan mengalami kerugian ekonomi yang signifikan.

Sementara itu, kantor cuaca Bangladesh memperkirakan hujan akan semakin deras beberapa hari ke depan. Prediksi ini menambah kekhawatiran banjir belum akan segera surut.

Penelitian lembaga think-tank Centre for Policy Dialogue memperkirakan kerugian akibat banjir di timur Bangladesh bulan Agustus lalu yang menewaskan 70 orang mencapai 1,20 miliar dolar AS.

PBB dan mitra-mitra meluncurkan bantuan kemanusiaan senilai 134 juta dolar AS untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan pada masyarakat terdampak banjir dan topan yang sedang melanda Bangladesh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement