Selasa 08 Oct 2024 15:19 WIB

Waspada Mommy Burnout: Ini Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Kelelahan yang dirasakan seorang ibu bisa mengarah pada mommy burnout.

Seorang ibu mengalami burnout (ilustrasi). Mommy burnout adalah kondisi di mana ibu merasa tertekan dan terbebani hingga kelelahan, baik secara fisik maupun mental.
Foto: www.freepik.com
Seorang ibu mengalami burnout (ilustrasi). Mommy burnout adalah kondisi di mana ibu merasa tertekan dan terbebani hingga kelelahan, baik secara fisik maupun mental.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi seorang ibu adalah peran yang mulia dan penuh cinta. Namun, di balik senyum dan kasih sayangnya, seorang ibu juga menghadapi berbagai tantangan yang tak mudah. Pernyataan "ibu bekerja 24 jam" bukan sekadar ungkapan, melainkan realitas yang menggambarkan betapa kompleks dan menuntutnya peran seorang ibu.

Dalam masyarakat, ibu sering kali dipandang sebagai sosok suci, namun jarang disadari bahwa ibu tetap manusia yang memiliki batasan fisik dan emosional. Kelelahan yang dirasakan seorang ibu bisa mengarah pada mommy burnout, suatu kondisi yang perlahan merusak kesejahteraan ibu dan keseimbangan keluarga.

Baca Juga

Apa itu mommy burnout?

Mommy burnout adalah kondisi di mana ibu merasa tertekan dan terbebani hingga kelelahan, baik secara fisik maupun mental. Burnout ini dapat membuat seorang ibu mendorong dirinya sendiri hingga "patah", yang pada akhirnya menciptakan ketidakseimbangan dalam keluarga. Menurut studi yang dipublikasikan di Frontiers in Psychology (2018), terdapat beberapa gejala awal dari mommy burnout yang perlu diperhatikan, seperti:

• Perasaan "tidak cukup" sebagai seorang ibu.

• Tekanan untuk menjadi ibu dan manusia yang sempurna.

• Memaksa diri untuk terus berusaha, meski sudah merasa lelah.

• Takut bahwa kelemahan diri akan berdampak pada kegagalan anak.

Dampak mommy burnout terhadap ibu dan keluarga

Mommy burnout lebih dari sekadar rasa lelah; dampaknya bisa sangat merugikan. Beberapa efek yang sering dirasakan ibu yang mengalami burnout meliputi:

• Kelelahan fisik dan emosional.

• Sering merasa marah atau frustrasi.

• Kesulitan berpikir jernih.

• Jarak emosional dari anak, dengan perasaan kendali yang berlebihan.

• Kehilangan rasa identitas diri.

• Merasa kesepian.

Efek jangka panjang dari burnout dapat menciptakan situasi yang disebut pygmalion fall, lingkaran kehancuran yang diciptakan oleh ekspektasi dan tekanan internal. Akibatnya, kesejahteraan ibu dan keluarga bisa terganggu, seperti yang diungkapkan oleh Bu Tasri, seorang ibu yang mengalami burnout.

"Saya merasa takut, yang membuat saya kurang tidur. Ini membuat saya lebih lelah dan mudah marah, dan ketakutan saya semakin besar," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Selasa (8/10/2024).

Cara mengatasi mommy burnout

Menurut Sarah Hubert, seorang pakar psikologi dari Belgia, penyebab utama mommy burnout adalah kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar. Dukungan ini sangat penting untuk membantu ibu mengatasi tekanan yang mereka rasakan. Bantuan bisa datang dari suami, keluarga, teman, atau tetangga.

Namun, sering kali seorang ibu merasa enggan untuk meminta dukungan karena sudah terlalu lelah secara emosional. Oleh karena itu, orang-orang di sekitar ibu harus lebih peka terhadap kondisi ini dan memberikan perhatian ekstra agar ibu tidak merasa sendiri dalam menghadapi tantangan sebagai seorang ibu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement