REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pejabat tinggi AS dilaporkan mulai putus asa dengan sikap Israel. Dalam laporan Axios mengutip empat sumber, pemerintahan Biden dalam beberapa pekan terakhir semakin tidak percaya pada apa yang dikatakan rezim Israel tentang rencana militer dan diplomatik dalam perang multi-front.
"Kepercayaan kami kepada Israel sangat rendah saat ini dan untuk alasan yang baik," kata seorang pejabat AS.
Para pejabat mengatakan pemerintahan Biden telah dikejutkan beberapa kali baru-baru ini oleh operasi militer atau intelijen Israel.
Dalam beberapa kasus, AS tidak diajak berkonsultasi atau diberi tahu sebelumnya. AS baru diberi tahu karena jet Israel sudah dalam perjalanan untuk melakukan serangan udara di suatu tempat di Timur Tengah.
Para pejabat AS mengatakan menteri pertahanan Lloyd Austin sangat marah ketika mitranya dari Israel Yoav Gallant memberi tahu dia tentang pembunuhan [Hassan] Nasrallah beberapa menit sebelum jet Israel menjatuhkan bom mereka di atas Beirut.
Austin melihatnya sebagai pelanggaran kepercayaan oleh Gallant karena pemberitahuan yang terlambat tidak memungkinkan Pentagon untuk mengambil tindakan untuk melindungi pasukan AS di wilayah tersebut.
Belum ada konfirmasi tentang laporan ini dari Washington. Namun seperti diketahui, AS berulang kali membela Israel. Tidak hanya di PBB, tapi juga di lapangan.
AS menjadi penyuplai utama senjata Israel. Berdasarkan laporan dari Watson Institute Universitas Brown, Amerika Serikat (AS) telah menggelontorkan dana sebesar 22,76 miliar dolar AS atau sekitar Rp 341,4 triliun untuk mendukung Israel dalam serangan ke Gaza dan operasi di Yaman.