REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bek Prancis dan Liverpool, Ibrahima Konate, menjadi pemain terbaru yang berbicara menentang jadwal pertandingan yang padat. Ia mengatakan mendukung hak rekan-rekannya untuk mogok bermain karena masalah ini.
Para pemain dan pelatih telah mengkritik kalender sepak bola yang terus berkembang. Gelandang Manchester City Rodri memperingatkan bulan lalu bahwa para pesepak bola siap untuk tidak bermain sebagai bentuk protes jika situasinya tidak kunjung membaik.
Rodri mengalami cedera ligamen anterior cruciatum (ACL), yang mengakhiri musimnya segera setelah melontarkan komentar tersebut. Ini semakin memicu perdebatan seputar jadwal yang padat dan kesejahteraan pemain.
“Jika dinamika ini terus berlanjut dan para pemain memutuskan untuk membenturkan tinju mereka ke meja, maka kami semua akan mengalami hal yang sama,” ujar Konate, 25 tahun, kepada para pewarta pada Selasa (8/10/2024), saat ditanya apakah ia mendukung aksi mogok bermain.
“Jika besok ada gerakan yang akan mengarah pada pemahaman, saya akan menjadi bagian dari itu. Dan saya pikir semua pemain akan mengikutinya.”
Ketiga kompetisi klub Eropa telah diperluas menjadi 36 tim pada musim ini dan serikat pemain sepak bola global FIFPRO mengatakan pada bulan Juli bahwa mereka akan mengajukan keluhan kepada regulator antimonopoli Uni Eropa tentang kalender pertandingan internasional FIFA.
Inggris mencatat jumlah pertandingan domestik beruntun terbanyak, 87, di antara liga-liga top Eropa musim lalu, dengan klub-klub Liga Primer memiliki rata-rata waktu pemulihan terpendek di antara pertandingan, yaitu 67,3 jam.
“Ini topik yang tidak boleh diabaikan,” tambah Konate. “Anda mendengar beberapa klub lebih memilih pemain mereka untuk (tidak melapor untuk tugas internasional) tetapi Anda harus memahami itu juga, ada begitu banyak pertandingan. Para pemain ada dalam daftar gaji klub, meskipun tim nasional juga sama pentingnya.”
Prancis, yang berada di urutan kedua di Grup A1 UEFA Nations League, akan bertandang ke Budapest pada hari Kamis untuk menghadapi Israel, yang memainkan laga kandang mereka di Hungaria karena agresi Israel ke Gaza, Palestina yang sedang berlangsung.
“Kami tidak melihat siapa yang akan kami hadapi, tetapi tentu saja peka dengan apa yang terjadi di dunia, apa yang kami lihat di jejaring sosial (tentang perang) sangat mengerikan,” kata Konate tentang melawan Israel.
“Yang paling saya khawatirkan adalah anak-anak muda. Bayangkan anak-anak yang melihat hal ini di ponsel mereka dan dampaknya terhadap mereka. Memerangi terorisme adalah satu hal, tetapi warga sipil yang terbunuh secara massal, itu menyakitkan bagi saya.”