Rabu 09 Oct 2024 17:00 WIB

Parlemen Turki Gelar Sidang Bahas Serangan Israel di Lebanon

Turki mendorong Israel menghentikan serangannya ke Lebanon.

 Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: EPA-EFE/Thaier Al-Sudani
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Parlemen Turki pada Selasa menggelar sidang untuk membahas serangan Israel terhadap Lebanon dan perkembangan lainnya di kawasan tersebut.

Pemerintah akan memberikan pengarahan kepada para anggota parlemen selama sidang tertutup di ibu kota Ankara, yang dipimpin oleh ketua Dewan Perwakilan Rakyat Numan Kurtulmus, yang mengatakan Menteri Luar Negeri Hakan Fidan dan Menteri Pertahanan Nasional Yasar Guler akan berbicara mengenai agenda tersebut.

Baca Juga

Kurtulmus, dalam pernyataan sebelum sidang tertutup dimulai mengatakan "kami akan memenuhi semua tanggung jawab kami untuk memadamkan api di kawasan ini."

"Sebagai Majelis Nasional Agung Turki, kami harus mengambil langkah maju yang tegas dalam persatuan dan solidaritas melawan kebijakan ekspansionis Israel di kawasan tersebut, yang kami lihat sebagai masalah keamanan nasional," tambah Kurtulmus.

Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di seluruh Lebanon terhadap apa yang mereka klaim sebagai target Hizbullah sejak 23 September, menewaskan lebih dari 1.250 orang, melukai 3.618 lainnya, dan membuat lebih dari 1,2 juta orang mengungsi.

Serangan udara tersebut merupakan eskalasi dalam perang lintas batas selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangan brutal Tel Aviv di Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 42.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas tahun lalu.

Setidaknya 2.083 orang telah tewas dan 9.869 lainnya terluka dalam serangan Israel di Lebanon, menurut otoritas Lebanon.

Meskipun masyarakat internasional memperingatkan bahwa kawasan Timur Tengah berada di ambang perang regional di tengah serangan gencar Israel terhadap Gaza dan Lebanon, Tel Aviv tetap memperluas konflik dengan meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement