Rabu 09 Oct 2024 17:50 WIB

Perang Yajuj Majuj, Intifada Ketiga, dan Ketakutan Terang-Terangan Elite Militer Israel

Elite Israel disebut ingin mengobarkan Perang Yajuj dan Majuj

Pasukan Israel bergerak di jalan selama operasi militer di kamp pengungsi Tepi Barat Al-Faraa, Rabu, 28 Agustus 2024.
Foto: AP Photo/Nasser Nasser
Pasukan Israel bergerak di jalan selama operasi militer di kamp pengungsi Tepi Barat Al-Faraa, Rabu, 28 Agustus 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Salah satu alasan utama yang menyebabkan eskalasi perlawanan di Tepi Barat yang diduduki adalah rencana dan provokasi Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, demikian laporan surat kabar Israel Yediot Ahronot.

Laporan tersebut mengutip perwira senior militer Israel yang menuduh kedua menteri ekstremis dalam pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu “mencoba menyulut perang Yajun dan Majuj”, menunjuk pada upaya mereka untuk mengubah status quo di Temple Mount, sehingga mempersulit tentara pendudukan dan mendorong beberapa perwira senior untuk mempertimbangkan mengundurkan diri.

Baca Juga

Analis militer surat kabar tersebut, Ron Ben-Yishai, berbicara tentang peran Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan Jihad Islam dalam mengubah Tepi Barat menjadi medan perang aktif melawan tentara penjajah.

Sementara Ben-Yishai berbicara tentang apa yang ia gambarkan sebagai keberhasilan tentara Israel dengan menyerang sejumlah kamp pengungsi di Tepi Barat,” dia mengatakan, “Keberhasilan ini masih belum menjamin bahwa tidak akan ada pertempuran besar yang mungkin masih akan terjadi, seperti yang dikatakan oleh sebuah sumber keamanan.”

Dia menambahkan bahwa tentara penjajah berusaha mencegah penduduk di Tepi Barat untuk bergabung dengan konfrontasi, yang akan mengubah gelombang saat ini menjadi intifada penuh, dengan mengizinkan penduduk untuk memiliki kebebasan bergerak dan mencari nafkah sebanyak mungkin, katanya.

Dia mengutip sumber-sumber militer Israel yang mengatakan bahwa sebagian besar pemuda Palestina di Tepi Barat sekarang menganggur karena mereka tidak dapat bekerja di Israel, dan mengklaim bahwa ini adalah salah satu hal yang mengarah pada peningkatan keterlibatan mereka dalam perlawanan, dan memicu ketakutan akan serangan massal oleh warga Palestina terhadap pemukiman Israel di sekitarnya.

Analis militer tersebut mengutip komando pusat pasukan pendudukan di Tepi Barat, yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Avi Plot dan komandan Brigade Yudea dan Samaria (Tepi Barat), Yaki Dolph, yang mengatakan:

“Kami melakukan yang terbaik melalui kegiatan ofensif dan intelijen yang sangat baik untuk melawan serangan Palestina, tetapi sampai perbatasan Yordania benar-benar ditutup. Selama elemen-elemen ekstremis di antara para pemukim terus menyerang dan membuat kerusuhan di komunitas Palestina, wilayah ini tidak akan tenang.”

BACA JUGA: Sadis, Jasad Puluhan Ribu Syuhada Menguap Jadi Pertikel tak Kasat Mata Akibat Bom Israel

Ketakutan akan intifada ketiga

Ben-Yishai menekankan bahwa para perwira senior Israel mengatakan bahwa tingkat politik, terutama Ben-Gvir dan Smotrich, adalah penyebab langsung dari memanasnya situasi di Tepi Barat, dengan menunjukkan bahwa tentara Israel menahan diri untuk tidak melakukan penangkapan yang diminta oleh Shin Bet di seluruh Yudea dan Samaria, hanya karena mereka tidak memiliki cukup pusat penahanan yang seharusnya disediakan oleh Menteri Keamanan Nasional dan kementeriannya.

Analis militer tersebut...

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement