REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan penelitian baru dari Trussell Trust, lebih dari 9 juta orang di Inggris hidup dalam kemiskinan yang begitu parah. Alhasil mereka semakin bergantung pada bantuan makanan amal.
Laporan dari badan amal tersebut memperingatkan bahwa janji manifesto Partai Buruh (pemerintahan saat ini- untuk mengakhiri ketergantungan pada bank makanan akan gagal kecuali tindakan mendesak diambil untuk mengatasi penyebab utama rendahnya pendapatan rumah tangga. Laporan itu mendapati bahwa satu juta orang lagi kini lebih banyak hidup dalam kondisi yang disebut "kelaparan dan kesulitan" – mereka yang bertahan dengan pendapatan setidaknya 25 persen di bawah garis kemiskinan relatif – dibandingkan lima tahun lalu.
Hal itu membuat total jumlah orang dalam kategori tersebut menjadi lebih dari sembilan juta, sebuah peningkatan tajam dibandingkan dua dekade lalu. Mereka secara rutin berjuang untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pemanas, dan pakaian.
Anak-anak terkena dampak secara tidak proporsional oleh krisis tersebut, dengan satu dari lima anak di Inggris berisiko menghadapi kelaparan dan kesulitan. Keluarga besar, terutama yang memiliki tiga anak atau lebih, menghadapi kerentanan yang lebih besar, dengan sepertiga dari mereka berada pada risiko tinggi bergantung pada bantuan makanan amal, menurut laporan tersebut.
CEO Trussell Trust, Emma Revie menyatakan keprihatinan mendalam atas lonjakan ketergantungan pada bank makanan. "Ini tahun 2024, dan kita menghadapi kebutuhan bank makanan pada tingkat yang sangat tinggi dalam sejarah. Sebagai masyarakat, kita tidak boleh membiarkan ini berlanjut. Kita tidak boleh membiarkan bank makanan menjadi norma baru," katanya.