Kamis 10 Oct 2024 06:11 WIB

Mengapa Menhan Israel Mendadak Batal ke AS? Pakar: Netanyahu Paranoid Takut Dikudeta

Netanyahu takut Gallant akan berkomplot dengan Amerika untuk menggulingkannya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato di sesi ke-79 Majelis Umum PBB, Jumat, 27 September 2024.
Foto: AP Photo/Pamela Smith
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato di sesi ke-79 Majelis Umum PBB, Jumat, 27 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pembatalan mendadak kunjungan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant ke AS menjadi tanda tanya. Pembatalan itu, menurut pakar hubungan internasional yang bermarkas di Tel Aviv, Dr Simon Tsipis, lantaran hubungan yang rumit dengan PM Israel Netanyahu.

Menurut Tsipis, Netanyahu takut Gallant mungkin mengincarnya dan akan segera mulai berkomplot melawannya begitu tiba di AS.

Baca Juga

"Netanyahu paranoid, ia memiliki 'sindrom raja'," kata Tsipis.

Tsipis berpendapat, Netanyahu terus-menerus takut bahwa seseorang mungkin menggulingkan atau menggantikannya. Paranoianya ini semakin parah setiap hari. Ia melihat pengkhianat di mana-mana, ia melihat musuh di dalam lingkaran dalamnya.

"Melihat bagaimana potensi serangan Israel terhadap Iran merupakan isu yang seharusnya dibahas Gallant dan Austin di AS, Netanyahu pada dasarnya berakhir dengan menyandera seluruh Timur Tengah, termasuk penduduk Israel dan masyarakat Iran," kata Tsipis.

Situasi ini semakin rumit karena fakta bahwa Netanyahu pada dasarnya mencoba 'memeras' AS dengan mengancam akan memulai konflik besar tepat pada malam menjelang pemilihan presiden AS, imbuh pakar tersebut.

"Hubungan antara AS dan Netanyahu cukup tegang. Baik Demokrat maupun Republik tidak dapat menyelenggarakan pemilihan secara normal jika terjadi perang besar di Timur Tengah," jelas Tsipis.

"Semakin dekat pemilihan umum AS, semakin tidak terkendali Netanyahu dan semakin banyak 'tindakan keterlaluan' yang dilakukannya, catat Tsipis.

Ia juga menyatakan bahwa panggilan telepon mendatang antara Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden akan terkait dengan situasi keamanan di Timur Tengah.

Netanyahu kemungkinan akan mencari dukungan Amerika Serikat jika terjadi perang dengan Iran, sedangkan Biden mungkin akan menuntut Netanyahu untuk tidak memulai perang tersebut sejak awal.

Terakhir, Tsipis menunjukkan bahwa orang tidak harus menyamakan Benjamin Netanyahu dengan Israel. "Netanyahu tidak mewakili seluruh Israel," tegasnya, dengan alasan bahwa perdana menteri Israel saat ini "bertindak sebagai diktator."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement