Kamis 10 Oct 2024 22:30 WIB

Ambisi Jahat Netanyahu Atas Kristen dan Syiah di Balik Invasi Israel ke Lebanon

Netanyahu membawa perang Lebanon dengan motif agama

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Mobil-mobil terjebak kemacetan ketika orang-orang meninggalkan desa-desa selatan di tengah serangan udara Israel yang sedang berlangsung, di Sidon, Lebanon, Senin, 23 September 2024.
Foto: AP Photo/Mohammed Zaatari
Mobil-mobil terjebak kemacetan ketika orang-orang meninggalkan desa-desa selatan di tengah serangan udara Israel yang sedang berlangsung, di Sidon, Lebanon, Senin, 23 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – “10.452 kilometer persegi, tidak kurang satu inci pun,” demikian bunyi kotak kecil yang ditampilkan secara permanen di layar saluran OTV, milik Gerakan Patriotik Bebas (FPM) mantan presiden Michel Aoun, sebuah pesan yang ditujukan kepada Israel.

Kotak tersebut berarti bahwa meskipun FPM seperti banyak partai dan pemimpin lainnya mengingkari perang terbuka Hizbullah melawan Zionis Yahudi Israel sejak Oktober 2023 yang merugikan seluruh Lebanon dan menentang otoritas resmi negara tersebut, FPM juga akan menentang keinginan Israel untuk mencaplok bagian mana pun dari wilayah Lebanon, dengan dalih membela diri.

Baca Juga

Terkait hal ini, gambar bendera Israel yang berkibar di desa perbatasan Maroun el-Ras, yang ditunjukkan kemarin oleh tentara Israel, tidak meyakinkan publik.

Sebaliknya, banyak yang menyambut baik perlawanan terhadap gerak maju tentara Israel, yang mengklaim ingin membebaskan warga Lebanon dari cengkeraman kuat partai Syiah, tetapi telah menyebabkan 2.000 orang wafat dan 10 ribu orang terluka di negara tersebut, serta menyebabkan 1,2 juta orang telantar di jalan sejak 23 September.

“Pejabat Israel telah berbicara tentang niat mereka untuk menduduki kembali Lebanon hingga ke Sungai Awali, tempat makam yang diduga milik seorang Nabi Perjanjian Lama berada," kata seorang ilmuwan politik yang berhati-hati yang lebih memilih untuk tidak disebutkan namanya, dikutip dari laman PIME Asia News, Kamis (10/10)

“Dengan Netanyahu, perang semakin mengarah ke agama," ujar ilmuwan yang tidak ingin disebutkan namanya.

Ilmuwan itu menerangkan, penghancuran sistematis beberapa daerah di selatan dan pinggiran kota menunjukkan bahwa Israel ingin melanjutkan pemindahan paksa penduduk Syiah, sebuah perubahan demografi Lebanon.

 

Selain itu, bagi Anggota Parlemen Jamil Sayed, perang ini tidak dilancarkan terhadap Hizbullah, tetapi terhadap Syiah. Ini adalah rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

"Pada saat yang sama, saya pikir Israel berharap untuk meletakkan dasar bagi konflik sektarian di masa depan antara komunitas Syiah dan Kristen di Lebanon,” ujarnya.

Faktanya, di atas segalanya, wilayah Kristen yang menjadi tempat perlindungan bagi para pengungsi.

BACA JUGA: Terungkap, Keyakinan Agama di Balik Aksi Brutal Israel di Gaza dan Lebanon Bocor di Media

Perintah evakuasi

Pada tataran kemanusiaan, perintah evakuasi tentara Israel yang memengaruhi puluhan desa Lebanon di wilayah selatan Sungai Awali, yang kini terlarang bagi penduduk, telah sangat mengejutkan dan melukai masyarakat yang bersangkutan.

Jaminan...

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement