Jumat 11 Oct 2024 08:19 WIB

Siapa Perintis Tanda Baca Dalam Alquran?

Ad-Dani menjelaskan sosok perintis tanda baca Alquran.

Umat Islam  membaca Alquran pada  bulan suci Ramadan di Masjid Imam Ali di Najaf, Irak, Sabtu, (25/3/2023).
Foto: AP Photo/Anmar Khalil
Umat Islam membaca Alquran pada bulan suci Ramadan di Masjid Imam Ali di Najaf, Irak, Sabtu, (25/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara para ulama yang mengkaji ilmu tentang penulisan (rasm) mushaf Alquran adalah Abu al-Aswad ad-Duali (69 H). Untuk diketahui, dialah yang pertama kali menuliskan titik dan merumuskan harakat dalam penulisan ayat-ayat suci Alquran.

Fakta ini diungkapkan dalam kitab Al-Muhkam fi Naqth al-Mashahif karangan Abu Amar Utsman bin Sa'id ad-Dani (444 H).

Baca Juga

Ad-Dani memulai penjelasannya tentang cikal-bakal munculnya tanda baca dalam Alquran. Itu merujuk pada riwayat dari Yahya bin ibnu Abu Katsir. Secara umum, riwayat itu menyebutkan, pada awalnya Alquran tidak memiliki tanda baca sama sekali, baik berupa titik maupun harakat (syakl).

Titik pertama kali digunakan untuk membedakan antara huruf ya dan ba. Ini dipandang tidak menjadi masalah. Sebab, tujuannya hanya memperjelas perbedaan antara kedua huruf tersebut. Upaya selanjutnya, memberikan titik pada tiap pengujung ayat Alquran. Sampai di sini pun belum tampak kontroversi.

Sejarah tanda baca

Lantas, siapakah yang mengawali membubuhkan tanda baca huruf-huruf Alquran itu? Menurut Ad-Dani--menukil riwayat dari Qatadah--para sahabat Nabi SAW dan tabiin awal adalah yang pertama-tama mengawali penggunaan titik pada huruf-huruf Alquran.

Mayoritas bersepakat, tanda titiklah yang ditulis pertama kali, bukan syakl (harakat). Dalam analisis Ad-Dani, penulisan titik lebih diprioritaskan daripada harakat. Ini menunjukkan fleksibilitas bacaan dan bahasa yang memang secara syariat telah diperkenankan untuk digunakan.

Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, dialek bahasa yang ada terus berkembang. Ada beberapa dampak negatif. Maka dari itu, mulai terasa kebutuhan untuk meletakkan tanda baca, baik yang berupa titik maupun harakat.

Ad-Dani menjelaskan, faktor utama yang mendorong para salaf menulis tanda baca Alquran adalah tingkat kerusakan dialek masyarakat Arab pada masa itu. Sebab, orang-orang Arab mulai marak bersinggungan dengan varian dialek yang cenderung "merusak."

Apabila gejala ini tak segera disikapi, dikhawatirkan akan mereduksi makna-makna yang terkandung dalam Alquran.

Bagaimana peran ad-Duali?

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement