REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS — Pakta Atlantik Utara (NATO) akan menggelar latihan nuklir besar yang telah direncanakan sejak lama pada pekan depan. Pengumuman tersebut dikeluarkan setelah Presiden Vladimir Putin mengungkapkan perubahan doktrin nuklir Rusia demi mencegah pihak sekutu yang membela Ukraina ikut mendukung penyerangan terhadap Rusia.
Latihan nuklir bertajuk Steadfast Noon dijadwalkan akan dimulai pada Senin dan akan berlangsung selama sekitar dua pekan. Latihan ini akan dipimpin oleh Belgia dan Belanda, menggunakan delapan pangkalan militer dan melibatkan 2.000 personel dan 60 pesawat dari 13 negara. Latihan ini telah diadakan pada waktu yang hampir sama setiap tahun selama lebih dari satu dekade.
Pesawat pembom dan jet tempur yang dapat membawa hulu ledak nuklir ikut ambil bagian. Tidak ada amunisi aktif yang digunakan. Sebagian besar latihan diadakan sekitar 900 kilometer (560 mil) dari Rusia di Laut Utara. Moskow telah diberitahu tentang latihan tersebut, kata pejabat NATO.
"Dalam dunia yang tidak menentu, sangat penting bagi kita untuk menguji pertahanan kita dan memperkuat pertahanan kita sehingga musuh kita tahu bahwa NATO siap dan mampu menanggapi ancaman apa pun," kata Sekretaris Jenderal NATO yang baru Mark Rutte kepada wartawan di London.
Amerika Serikat dan Inggris, dengan kekuatan nuklir strategis mereka, merupakan kunci pencegahan keamanan NATO. Prancis juga memiliki senjata nuklir tetapi bukan bagian dari kelompok perencanaan nuklir organisasi tersebut.