Sabtu 12 Oct 2024 06:47 WIB

Israel Cegah Pasien Anak Dievakuasi dari RS, Termasuk RS Indonesia

Tentara Israel halangi utusan WHO yang ditugaskan mengevakuasi pasien.

Bangunan yang hancur akibat serangan militer Israel terlihat di atas Jalur Gaza, Kamis, 14 Maret 2024. Data Pusat Satelit PBB (UNOSAT), operasi militer Israel di Jalur Gaza merusak atau menghancurkan hampir 66 persen dari total bangunan di wilayah itu dalam tempo setahun.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Bangunan yang hancur akibat serangan militer Israel terlihat di atas Jalur Gaza, Kamis, 14 Maret 2024. Data Pusat Satelit PBB (UNOSAT), operasi militer Israel di Jalur Gaza merusak atau menghancurkan hampir 66 persen dari total bangunan di wilayah itu dalam tempo setahun.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan Israel menghalangi upaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengevakuasi pasien anak dari rumah-rumah sakit di Gaza Utara. Termasuk menghalangi upaya evakuasi dari Rumah Sakit Indonesia, menurut otoritas kesehatan Palestina pada Jumat (11/10/2024).

"Tentara (Israel) telah menghalangi utusan WHO yang ditugaskan mengevakuasi pasien di unit perawatan intensif dan anak-anak dari rumah-rumah sakit di Gaza Utara ke wilayah utara Jalur Gaza," kata Wakil Menteri Kesehatan Palestina Maher Shamiya.

Baca Juga

Badan kesehatan PBB itu belum berkomentar tentang insiden tersebut. Menurut Shamiya, tiga rumah sakit di Gaza Utara—Al-Awda, Rumah Sakit Indonesia, dan Kamal Adwan—saat ini merawat 124 pasien, 13 di antaranya adalah pasien dalam perawatan intensif dan delapan pasien anak. "Rumah Sakit Kamal Adwan memiliki unit perawatan intensif pediatrik terbesar di Gaza dan gubernuran Gaza Utara, dan saat ini terancam ditutup akibat serangan Israel," tambahnya.

Untuk kelima kalinya sejak memulai operasi militer pada Ahad lalu, tentara Israel telah memblokir truk-truk bahan bakar yang akan masuk ke Gaza dan rumah-rumah sakit di utara. Shamiya mencatat bahwa rumah sakit di Gaza menghadapi krisis bahan bakar yang diperlukan untuk menghidupkan genset.

Kondisi itu bisa menghentikan aktivitas di unit perawatan intensif dan ruang operasi. Dia juga menjelaskan kamp pengungsi Jabalia terkepung total oleh Israel, sehingga penghuninya hampir tidak mungkin keluar.

"Tentara menembaki apa saja yang bergerak, sehingga sangat sulit mengevakuasi korban tewas dan memberikan bantuan medis kepada yang terluka," kata Shamiya.

Dia menyerukan dunia internasional dan PBB untuk melakukan intervensi segera agar pengepungan dapat diakhiri dan memungkinkan masuknya bahan bakar dan pasokan medis ke rumah-rumah sakit di Gaza Utara.

Pada Selasa, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa militer Israel telah memperingatkan ketiga rumah sakit itu untuk mengevakuasi staf dan pasien. Tentara mengancam akan membunuh, menghancurkan, dan menangkap staf rumah sakit, seperti yang mereka lakukan di RS Al-Shifa beberapa bulan lalu.

Peringatan itu muncul setelah Israel melancarkan operasi militer di Jabalia pada Minggu dengan dalih mencegah Hamas menguasai wilayah tersebut. Israel memperingatkan warga Palestina untuk mengungsi dari Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahia ke wilayah selatan.

Namun, Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Nasional Gaza memperingatkan warga untuk tidak mematuhi perintah itu, yang mereka sebut sebagai tipu daya dan kebohongan. Israel terus melancarkan serangan membabi buta di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu.

Lebih dari 42.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 98.000 lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat. Agresi Israel juga membuat memblokade wilayah kantong Palestina itu sehingga menimbulkan krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan.

sumber : Antara/Anadolu
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement