REPUBLIKA.CO.ID,Tabarruk, atau mencari keberkahan dari orang sholeh, merupakan salah satu praktik yang sering diperdebatkan di kalangan umat Islam. Banyak orang bertanya, apakah tindakan ini selalu dihukumi sebagai syirik? Untuk memahami lebih dalam, kita perlu merujuk pada ajaran Islam berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah, dan pendapat ulama yang telah dijelaskan dalam buku Halal Haram Tadabbur Karya Hanif Lutfi Lc,MA.
Tabarruk secara harfiah berarti mencari berkah, dan dalam sejarah Islam, terdapat banyak contoh di mana umat Muslim bertabarruk dengan Rasulullah SAW, baik semasa beliau hidup maupun setelah wafat. Salah satu contohnya adalah ketika para sahabat bertabarruk dengan air wudhu Nabi Muhammad SAW, seperti yang diriwayatkan dalam hadits Ibn Umar.
Ibnu Umar menceritakan bahwa Rasulullah SAW meminum air yang digunakan oleh umat Islam untuk berwudhu dengan harapan mendapatkan keberkahan (HR. At-Thabarani dan al-Baihaqi).
Selain Nabi SAW, tabarruk kepada orang sholeh juga tidak asing dalam sejarah Islam. Umar bin Khattab pernah bertawasul melalui Abbas, paman Rasulullah SAW, ketika meminta hujan.
Umar berkata, "Kami bertawasul kepada-Mu dengan paman Nabi kami, maka berikanlah hujan kepada kami" (HR. Bukhari). Hal ini menunjukkan bahwa keberkahan dari orang-orang sholeh diakui dan diperbolehkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat.
Pendapat ulama tentang tabaruk
Sebagian ulama, seperti Imam Nawawi dan Ibnu Hajar al-Asqalani, mengakui kebolehan tabarruk dengan orang sholeh. Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu' menjelaskan bahwa diperbolehkan berdoa dengan perantaraan orang sholeh. Ibnu Hajar al-Asqalani menambahkan bahwa kisah tawasul Umar melalui Abbas menunjukkan kebolehan meminta syafaat atau keberkahan melalui ahli rahmat dan keluarga Nabi.
Syirik atau tidak?
Ustadz Hanif menegaskan bahwa tidak semua bentuk tabarruk bisa dibenarkan. Dalam Islam, meminta langsung kepada orang mati untuk mengabulkan doa atau memenuhi kebutuhan merupakan bentuk syirik, karena hal tersebut melibatkan keyakinan bahwa orang tersebut memiliki kuasa yang seharusnya hanya dimiliki oleh Allah."Ini adalah garis tegas yang harus diperhatikan,"tulis dia.