Sabtu 12 Oct 2024 08:34 WIB

Profil Risiko Perlu Dikenali Sebelum Tentukan Instrumen Investasi

BNI Investor Daily Summit 2024: Direktur BNI berbagi tips memilih investasi

Direktur Retail Banking PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Corina Leyla Karnalies, dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta Convention Center (JCC).
Foto: BNI
Direktur Retail Banking PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Corina Leyla Karnalies, dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta Convention Center (JCC).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilihan instrumen investasi yang tepat tidak hanya bergantung pada tujuan keuangan di masa depan, tetapi juga harus disesuaikan dengan profil risiko individu masing-masing. Hal ini disampaikan oleh Direktur Retail Banking PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Corina Leyla Karnalies, dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta Convention Center (JCC).

Pada diskusi bertajuk Financial Independence: Ensuring Financial Literacy Across Indonesia, Corina menekankan pentingnya memahami profil risiko sebelum memutuskan alokasi dana ke berbagai produk investasi. “Profil risiko menjadi panduan dasar untuk menentukan keseimbangan antara toleransi risiko dan imbal hasil yang diharapkan,” ujar Corina.

Baca Juga

Selain profil risiko, faktor lain yang tidak boleh diabaikan dalam investasi adalah cash flow atau aliran kas. "Aliran kas penting untuk mengetahui besarnya pemasukan dan pengeluaran rutin, sehingga alokasi dana untuk setiap pos investasi dapat ditentukan dengan tepat," jelas Corina.

Pengetahuan mengenai jenis instrumen investasi juga menjadi kunci. Corina menyarankan agar investor terlebih dahulu memastikan besarnya dana yang dianggarkan sebelum menentukan jenis produk yang sesuai. Setelah semua faktor tersebut teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih produk investasi berdasarkan kebutuhan dana dan profil risiko masing-masing.

Pada kesempatan itu Corina memberikan panduan untuk memilih produk investasi sesuai jangka waktu dan tujuan finansial. Bagi kebutuhan dana kurang dari satu tahun, produk seperti tabungan, deposito, forex trading, dan reksa dana pasar uang menjadi pilihan yang tepat. Untuk jangka waktu satu hingga tiga tahun, instrumen seperti obligasi ritel negara, reksa dana campuran, dan reksa dana terproteksi direkomendasikan.

Sedangkan bagi mereka yang memiliki horizon investasi tiga hingga lima tahun, reksa dana saham dan emas menjadi opsi yang dapat dipertimbangkan. Untuk investasi jangka panjang di atas lima tahun, properti, tanah, obligasi, serta saham dapat menjadi pilihan yang menguntungkan.

Dia juga memaparkan panduan alokasi dana berdasarkan profil risiko investor. Bagi investor dengan profil konservatif, Corina menyarankan alokasi 10 persen untuk asuransi murni, 30 persen untuk kas atau deposito, 30 persen pada reksa dana pasar uang, dan 30 persen di reksa dana pendapatan tetap untuk investasi jangka pendek kurang dari tiga tahun.

Untuk investor dengan profil risiko moderat, alokasi bisa dilakukan dengan membagi dana ke dalam asuransi murni 10 persen, kas/deposito 20 persen, reksa dana pasar uang 20 persen, reksa dana pendapatan tetap 20 persen, dan saham 20 persen untuk investasi jangka menengah antara tiga hingga lima tahun.

Sementara itu, bagi mereka yang memiliki profil risiko agresif, alokasi yang disarankan adalah 10 persen untuk asuransi murni, 10 persen untuk kas/deposito, 20 persen di reksa dana pendapatan tetap, dan 60 persen di reksa dana saham atau saham langsung untuk investasi dalam jangka tiga hingga lima tahun.

“Setiap investasi memiliki risiko. Oleh karena itu, penting bagi setiap investor untuk menyesuaikan pilihan instrumen investasi dengan profil risiko masing-masing,” tutup Corina.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement