Sabtu 12 Oct 2024 16:05 WIB

Setiap Hari, Kaki Sepuluh Anak Gaza Harus Diamputasi

Perempuan dan anak-anak terkena dampak trauma agresi Israel

Anak-anak Palestina dievakuasi dari lokasi yang terkena pemboman di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Sabtu (13/7/2024). Menurut pejabat kesehatan setempat bahwa serangan udara Israel tersebut telah menewaskan setidaknya 90 warga Palestina di zona pengungsi camp kemanusiaan. Israel mengklaim serangan itu dilakukan untuk menargetkan panglima militer Hamas Mohammed Deif.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Anak-anak Palestina dievakuasi dari lokasi yang terkena pemboman di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Sabtu (13/7/2024). Menurut pejabat kesehatan setempat bahwa serangan udara Israel tersebut telah menewaskan setidaknya 90 warga Palestina di zona pengungsi camp kemanusiaan. Israel mengklaim serangan itu dilakukan untuk menargetkan panglima militer Hamas Mohammed Deif.

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK — Penderitaan anak-anak di jalur Gaza dialami oleh mereka yang mengalami cedera pada masa perang. Seorang pejabat tinggi PBB yang berbicara di hadapan dewan keamanan pada Rabu (9/10/2024) lalu mengungkapkan, Gaza memiliki jumlah anak yang diamputasi terbesar dalam sejarah kontemporer.

Sepuluh anak kehilangan salah satu atau kedua kakinya setiap hari, menurut Lisa Doughten, Direktur Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Divisi Pembiayaan dan Kemitraan. Doughten juga menyatakan bahwa perempuan dan anak-anak secara tidak proporsional terkena dampak dari trauma agresi Israel, lapor Al-Mayadeen.

Baca Juga

Doughten menyatakan, Gaza adalah rumah bagi kelompok anak yang diamputasi terbesar dalam sejarah modern. Kekejaman juga menyasar kepada perempuan Palestina yang tiga kali lebih mungkin mengalami keguguran atau meninggal saat melahirkan.

“Kita tidak bisa mengklaim ketidaktahuan atas apa yang terjadi - kita juga tidak bisa berpaling,” tegas Doughten, menyerukan kepada dewan keamanan dan negara-negara PBB untuk mengakhiri kekejaman tersebut.

Doughten mengeluarkan peringatan bahwa lebih dari dua juta orang di Gaza tidak memiliki akses ke layanan kesehatan dasar. Sementara itu, lebih dari 50.000 wanita hamil tidak mendapatkan perawatan medis sebagai akibat dari penargetan yang disengaja dan terus menerus terhadap sektor kesehatan.

Israel telah melakukan ‘serangan tanpa henti dan disengaja’ terhadap fasilitas kesehatan, tenaga medis, dan warga sipil yang terluka di Gaza, demikian temuan para penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka menekankan bahwa tindakan penjajah tersebut sama saja dengan kejahatan perang dan pemusnahan, sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan.

Menurut laporan PBB, perang Israel di Jalur Gaza termasuk hukuman kolektif bagi warga Palestina. Pembantaian ini ditandai dengan pengepungan Israel terhadap sistem perawatan kesehatan melalui blokade yang terus berlanjut terhadap semua kebutuhan untuk bertahan hidup seperti bahan bakar, makanan, air, dan pasokan medis, serta izin yang sangat terbatas yang diberikan kepada pasien Palestina yang kritis untuk berobat ke luar Jalur Gaza.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement