REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kantor Media Gaza pada Sabtu (12/10) menyatakan tentara Israel memperhebat aksi genosida di Jalur Gaza utara, termasuk menyerbu kamp pengungsi Jabalia, dengan melancarkan "pembantaian dan pembunuhan yang disengaja" sejak invasi darat 6 Oktober.
"Pasukan pendudukan mencegah tim penyelamat dan pertahanan sipil untuk mengevakuasi lebih dari 75 martir dari 285 orang yang telah tewas selama serangan darat mereka," lapor media tersebut.
Mereka “melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan terlibat dalam pembunuhan yang sudah direncanakan dengan mengebom pusat-pusat pengungsian dan penampungan, serta melakukan sejumlah pembantaian mengerikan terhadap warga sipil melalui penembakan langsung terhadap anak-anak dan perempuan," tambahnya.
Sebagai upaya memperkuat genosida, tentara Israel berupaya menghancurkan sistem layanan kesehatan di wilayah utara Gaza dengan membuat semua rumah sakit tidak dapat beroperasi serta menargetkan fasilitas kesehatan secara langsung, menurut kantor pemerintah tersebut.
Mereka memperingatkan upaya Israel untuk mengubah "Gaza utara menjadi wilayah kehancuran dan kematian, sebagai bagian dari rencananya untuk memindahpaksakan rakyat Palestina."
Mereka menegaskan, Israel dan Amerika Serikat bertanggung jawab penuh atas kelanjutan kejahatan genosida serta penargetan dan pembunuhan warga sipil di Jabalia dan Gaza utara, terutama pembunuhan terhadap anak-anak dan perempuan.
Israel melanjutkan serangan brutalnya terhadap Gaza setelah serangan oleh Hamas pada bulan Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Hampir 42.200 warga telah tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 98.300 terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel juga telah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel kini menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.