REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ajaran Islam dapat menjadi landasan etika bermedia sosial. Sebab, agama ini menghargai dan melindungi ranah privat seseorang.
Salah satu hal yang menyalahi etika adalah mengintip percakapan orang lain di aplikasi perpesanan WhatsApp (WA), tanpa izin, persetujuan, atau sepengetahuan yang bersangkutan. Begitu pula dengan perbuatan membagikan (share) pesan atau konten yang ada di sebuah grup WA kepada pihak luar, yang tidak termasuk anggota grup tersebut.
Sebab, mungkin ada beberapa pesan yang dibagikan dalam sebuah grup WA, tetapi menjadi tidak pantas bila "dibocorkan" ke luar anggota grup. Si pengirim pesan boleh jadi akan merasa tidak nyaman karena pesannya dilihat "orang luar" yang tidak dikenalnya.
Di antara dalil-dalil (nash) tentang pentingnya perlindungan ranah privasi seseorang adalah Alquran surah an-Nur ayat ke-27.
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَدۡخُلُوۡا بُيُوۡتًا غَيۡرَ بُيُوۡتِكُمۡ حَتّٰى تَسۡتَاۡنِسُوۡا وَتُسَلِّمُوۡا عَلٰٓى اَهۡلِهَا ؕ ذٰ لِكُمۡ خَيۡرٌ لَّـكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُوۡنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat."
Terkait ayat itu, Ibnu Asyur menjelaskan, pada masa Jahiliyah perizinan untuk memasuki rumah tidak diatur secara ketat kepada kaum pinggiran alias rakyat jelata. Jadi, perizinan hanya berlaku bagi kalangan penguasa atau masyarakat kelas atas. Maka dengan turunnya ayat tersebut, Islam mengajarkan bahwa menghargai ranah privat seseorang adalah penting, tanpa memandang status sosial orang itu.
Jangan sampai privasi orang lain bocor ke pihak yang salah atau tak sesuai konteks. Simaklah hadis berikut ini.
"Dari Anas, ia berkata, 'Saya pernah didatangi oleh Rasulullah SAW ketika saya sedang bermain dengan teman-teman. Kemudian, beliau mengucapkan salam kepada kami dan menyuruh saya (pergi) untuk suatu keperluan hingga akhirnya saya terlambat pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Ibu bertanya kepada saya, ‘Mengapa kamu terlambat pulang?'
Saya pun menjawab, ‘Tadi saya disuruh oleh Rasulullah untuk suatu keperluan.’
Ibu saya bertanya, ‘Keperluan apa?’
Saya menjawab, ‘Itu rahasia.’
Ibu saya berkata, ‘Baiklah. Janganlah kamu ceritakan rahasia Rasulullah SAW kepada siapapun.'"
"Anas berkata, 'Demi Allah, kalau saya boleh menceritakan rahasia itu kepada seseorang, maka saya akan menceritakannya kepadamu, wahai Tsabit!” (HR Muslim).
Islam juga melarang umatnya untuk saling memata-matai. Termasuk dalam hal ini, tindakan mengintip grup WA dengan tujuan mencari-cari kesalahan orang.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Jangan kalian memata-matai. Jangan saling mendengki. Dan jadilah hamba Allah yang bersaudara" (HR Muslim).
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اجۡتَنِبُوۡا كَثِيۡرًا مِّنَ الظَّنِّ اِنَّ بَعۡضَ الظَّنِّ اِثۡمٌۖ وَّلَا تَجَسَّسُوۡا وَلَا يَغۡتَبْ بَّعۡضُكُمۡ بَعۡضًا ؕ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمۡ اَنۡ يَّاۡكُلَ لَحۡمَ اَخِيۡهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوۡهُ ؕ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ؕ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيۡمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang" (QS al-Hujurat: 12).