REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Uni Eropa mengecam serangan militer Israel (IDF) terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon baru-baru ini. Hal itu disampaikan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell.
Pihaknya menantikan penjelasan dari otoritas Israel terkait serangan pekan lalu terhadap Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL). Menurut Borrell, negara-negara anggota Uni Eropa memandang serangan IDF tersebut sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan sama sekali tak bisa diterima.
"Mereka (negara-negara anggota Uni Eropa) menyampaikan kekhawatiran yang sangat serius terkait serangan yang dilakukan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terhadap Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), yang menyebabkan beberapa penjaga perdamaian cedera," kata Borrell, dilansir Antara via Anadolu, Senin (14/10/2024).
"Kami sangat menantikan penjelasan dan penyelidikan menyeluruh dari otoritas Israel terkait serangan terhadap UNIFIL, yang memainkan peran fundamental dalam stabilitas Lebanon Selatan," lanjutnya.
Uni Eropa juga mendesak semua pihak untuk menjamin keamanan staf UNIFIL. Untuk diketahui, pasukan penjaga perdamaian tersebut juga diisi sejumlah staf dari 16 negara anggota Uni Eropa.
"Uni Eropa menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata segera di Lebanon, dan bagi semua pihak untuk berkomitmen dan bekerja menuju implementasi penuh Resolusi Dewan Keamanan 1701," tambah Borrell.
UNIFIL didirikan pada Maret 1978 untuk memastikan penarikan Israel dari Lebanon. Selain itu, pasukan penjaga perdamaian ini bertugas membantu pemerintah setempat dalam memulihkan otoritas di wilayah tersebut.
Mandatnya telah diperluas selama bertahun-tahun, khususnya setelah perang Israel pada 2006. Di antara tugasnya adalah memantau gencatan senjata dan memfasilitasi penyaluran bantuan kemanusiaan.
Israel telah meningkatkan serangan udara besar-besaran ke Lebanon untuk melawan apa yang mereka klaim sebagai "sasaran Hizbullah" sejak 23 September 2024. Sejauh ini, agresi zionis tersebut telah menewaskan sedikitnya 1.437 orang, dan melukai lebih dari 4.123 lainnya. Ada lebih dari 1,34 juta orang mengungsi.
Serangan udara tersebut merupakan eskalasi dari satu tahun perang lintas batas antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya genosida di Jalur Gaza. Kebiadaban Israel di wilayah Palestina tersebut telah menewaskan lebih dari 24,200 orang. Sebagian besar syuhada adalah perempuan dan anak-anak.
Hingga berita ini ditulis, IDF terus memperluas cakupan serangan darat di Lebanon selatan. Situasi terkini menyebabkan kekhawatiran banyak pihak tentang Timur Tengah yang mungkin saja berada di ambang perang regional.