REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro menggambarkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merupakan monster yang diciptakan oleh Uni Eropa dan Kekaisaran Amerika Serikat (AS).
Dia menegaskan, diktator Nazi seperti Adolf Hitler bahkan tidak akan berani melakukan apa yang sedang dilakukan pimpinan Partai Likud tersebut. Ia menegaskan bahwa apa yang terjadi di Timur Tengah saat ini bukanlah konflik, tetapi proyek kolonial oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa yang bertujuan untuk menguasai kawasan tersebut, lapor Al-Mayadeen, Senin.
Menurut Maduro, tindakan Israel membunuh Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah dan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh untuk mencegah gencatan senjata di Gaza dan Lebanon, yang ia ungkapkan sudah dekat."Netanyahu mengebom rumah sakit, sekolah, masjid, dan kamp pengungsi di Gaza. Apakah ini perang? Ini genosida," tegas Presiden Venezuela tersebut.
Pada akhir September, Maduro mengutuk keras pembunuhan Sayyed Nasrallah oleh Israel. Maduro bahkan mengecam Netanyahu sebagai "Hitlerish" dan mengkritik para pemimpin dunia karena bungkam. Ia menyatakan solidaritas Venezuela dengan rakyat Lebanon dan Gaza. Dia pun membandingkan Perdana Menteri Israel dengan Hitler."Kita menyaksikan tindakan seorang pembunuh yang hanya mengingatkan kita pada Hitler," katanya.
Dia menegaskan, Perdana Menteri Israel sedang melakukan genosida terhadap Palestina dan Lebanon, dan apa yang terjadi bukanlah perang. Netanyahu bahkan masih memiliki keberanian untuk memberikan perintah kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menarik pasukan penjaga perdamaian dari Lebanon selatan (UNIFIL), kata Mauro, mengacu pada seruan perdana menteri Israel kepada kepala PBB Antonio Guterres untuk memindahkan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) dari sisi perbatasan Lebanon.
Lima tentara PBB terluka dalam serangkaian insiden Ahad lalu, yang menjadi serangan terbaru Israel. Korban terluka adalah pasukan PBB yang diserang pasukan Israel dengan secara paksa menerobos gerbang dan memasuki salah satu posisi mereka.
Zionis Israel melanjutkan agresinya di seluruh Lebanon, menewaskan lebih dari 1.300 orang sejak 23 September.